PENGAKUAN ECONOMIC HITMAN
Oleh: Mardigu Wowiek Prasetyo
Berdiskusi dengan seorang bule yang tinggal di top floor Pakubuwono
Residence selama 2 bulan hanya untuk mempelajari ekonomi Indonesia.
Setelah itu, rencananya ia akan berangkat ke Mumbay dan katanya dia
berencana tinggal di India juga selama 2 bulan untuk mempelajari ekonomi
Negara India. Pembicaraan kami berdua cukup intense dan “menegangkan”.
Usianya 65 tahun, kebangsaan Amerika, ras Yahudi. Sebuah spesifikasi
SARA yang bagi sebagian “pegiat agama”, dia bisa di ketagorikan “public
enemy number one”. Atau bagi “pegiat agama” yang senangnya mencari
perbedaan, spesifikasi dia masuk object penderita yang layak di bully.
Tetapi begitu kenal dia, dia seorang parenialist, seorang pluralist,
universalist dan economist sejati. Di Amerika dia juga bukan orang yang
di sukai semua orang. Dia seorang financial economics, dari kampus
ternama Ivy League.
Di Indonesia dia mengumpulkan data, SUN surat
hutang Negara kemana saja dan siapa yang ambil, hutang korporasi kemana
saja, export import Indonesia, arus keluar masuk barang. Semua di
petakan di “mapping”. Dia tahu kelemahan dan kekuatan data terakhir
Indonesia. Kegiatannya ini sebenarnya termasuk kategori inteligen
ekonomi (economic intelligent).
Sayangnya data ini tidak bisa
dilarang. Tidak ada hal/data yang di langgar olehnya. Tidak ada rahasia
Negara yang dicurinya. Dia hanya mengumpulkan data publik dan data
Negara dengan cara berbeda dengan BPS. Dia juga tidak ABS asal bapak
senang. Bahkan dia menganalisa setiap pejabat Indonesia yang memberikan
jumpa pers. Dia tahu sekali ini misalnya menteri anu pinter tuh dia tahu
masalah atau pejabat anu tahu hanya kulit-kulitnya, atau pemimpin anu
dia nggak tahu sama sekali.
Dari setiap perkataan dan kalimat dia
analisa pemilihan kata-katanya, mimiknya, gerak tubuhnya, timingnya,
konten isi informasinya, arah pembicara, semua ada arti baginya, sang
financial economic ini. Dia tidak membaca Koran yang diam/statis, dia
melihat video atau tayangan yang reporter (asing) rekam. Oiya catatan,
hampir 80% wartawan asing dekat dengan dunia intelijen.
Lalu dia berkata, your country is in bad shape!
Saya bertanya, any proof sir?
I tell you just one, dia berkata yang saya terjemahkan : jika pada
bulan Agustus nanti PLN surat hutangnya jatuh tempo, saya tahu PLN tidak
punya “uang”. Pasti minta di perpanjang hutangnya di Wallstreet. Apa
yang terjadi kalau “saya” tidak perpanjang hutang tersebut. Saya minta
bayar, saat itu juga. Apa yang terjadi dengan PLN?
Saya berkata, PLN default ? bangkrut?
Dia berkata, Indonesia pasien IMF dua bulan kemudian!!!. Kalian kan
sudah punya bukti, APP Asia Pulp Papernya Sinarmas. Kami tidak
perpanjang hutangnya 14 bilion dollar kira-kira 10 tahunan yang lalu
bukan? Kok masih juga di ulang lagi sih?
Hanya PLN bikin Indonesia jadi pasien IMF? Saya bertanya
You want to know the rest State-owned enterprise record? Mau tahu catatat lain BUMN? Semua parah!
Kepala saya terbayang pabrik kertas keluarga Wijaya itu kena “hostile
take over” dengan gagal dapat perpanjangan surat hutang atau bond.
Dia melanjutkan, BUMN Indonesia ini lucu, yang dilawan bangsanya
sendiri. Harusnya BUMN melawan asing, yang swasta belum tentu kuat atau
bahkan tidak kuat sama sekali melawan investor asing. Nah ini BUMN
indonesia memakan swasta malah kerja sama dengan asing lagi.
Dia
tertawa tergelak-gelak. Presdiennya nggak ngerti sejauh ini efek
tindakan kebijakan BUMN anda tadi, well, damage is already done. See
what happens in the near future, very near!! Dia masih tergelak di ujung
kalimatnya.
Dia melanjutkan, kredit macet di bank 3 besar (pelat
merah), ini karena memaksakan membangun ke sektor tidak produktif,
infrastruktur. Bukan salah membangun infrastruktur, tapi bukan untuk
daerah yang hanya berpopulasi rendah namun ada sektor produksinya.
Negara anda bukan Negara maju, China dan Amerika (tahun 1940-50 di jaman
FDR) membangun infrastruktur di saat GDP nya di atas 5000. Indonesia
masih 3500 saat ini.
Nggak heran Bank Mandiri beberapa perusahan
konstruksi karya-karya mulai menjual asetnya demi membayar beban
hutang.hampir semua bank tersebut keuntunganya tahun 2015 di banding
2016, turun separuhnya di tahun 2016 dan di tahun 2017 kembali turun
setengahnya.
Yang anehnya, China membeli Newmont di biayai bank
nasional. Langung cashless itu bank. NPL Mandiri 4%, NPL BRI 5,6%.
Padahal Non Performing Loan ini tidak boleh lebih 3 %. Sakit semua bank
besar dan sekarang semua bank tidak sanggup kasih pinjaman BUMN lagi
yang tidak likuid.
Puncaknya lagi bank BUMN akan jadi tumbal keputusan kereta cepatnya Rini Soemarno (Rinso), menarik lagi 6 milyar dolar.
Ini yang saya suka dari Pemerintah saat ini, kata si Bapak itu
kemudian. Saya pemain uang, ini peluang banget di depan mata, mirip
tahun 1997. Puncak gunung es mencair dengan hutang tak terkendali di
Indonesia.
What are you gonna do? Saya bertanya.
Dia
hanya menaikan dua pundaknya sambil tersenyum. Bukan saya lho yang buat
negara ini “not in good shape”. Saya hanya lihat peluang. Saya tunggu
Oktober, will see what Indonesian’s government can do, katanya kemudian.
berbagi...itulah yang akan menjadi titik singgung antara kita...kita bisa akrab bahkan saling memusuhi, sebab tidak semua berbagi akan menjadikan pihak-pihak tertentu menjadi kawan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PASTIKAN HANYA INI INFO DARI PI NETWORK
Skip to main content Close Search search Menu Pi Safety Center Official Communications Channels Please always rely on information provided...

-
Namaku Putri Azizzah. Biasa dipanggil Putri. Akhirnya pengorbanan dan kerja keras ku terbayar sudah, kini aku telah menjadi seorang sarjana ...
-
Telah dipanggil Allah subhanahu wata’ala, Ustad Aziz Salim Basyarahil pada Jum'at. Semoga Allah subhanahu wata’ala merima semua amal-ama...
-
Apakah kamu tau jenis-jenis sensor gas MQ frans28 Januari 2022 Manusia memiliki panca indera yang digunakan untuk mengenali lingkungan mer...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar