Siapa
yang melarang Anda ke Gereja ? Silahkan Anda ke Gereja. Kalau udah ke
Gereja, jangan ajak Muslim ikut2an ke Gereja ya. Tiap jam juga boleh ke
Gereja. Monggo, asal jangan ajak Muslim.
Ketika menyebut saya domba tersesat, saya santai2 aja kok. Bahkan kalau ada kata yang lebih dahsyat untuk menggambarkan ketersesatan saya, saya siap. Pun begitu seharusnya ketika saya meyakini dan menyebut non Muslim dengan diksi yang sangat sederhana dari Al-Qur'an: "kafir".
Kenapa harus tersinggung dengan terminologi Al-Qur'an untuk menyebut eksternal Islam ? Ini seperti "domba tersesat" bukan ?
"Yaa ayyuhal kaafiruun, laa 'abudu ma ta'buduun" ... "Lakum dinukum waliyadiin". Ini surah tentang anti pluralisme.
Surah Al-Kaafiruun adalah surah anti pluralisme, sejak ayat pertama hingga ayat terakhir.
Ayat 1. Rasulullah (yang benar), menyapa orang yang salah dengan sebutan, "yaa ayyuhal kaafiruun", hai orang2 kafir. Ini anti pluralisme.
Kenapa ada terminologi kafir ? Lanjut ayat 2 nya. "Laa 'abudu ma ta'buduun". "Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah".
Sebutan kafir karena ada perbedaan yang disembah. Allah dan selain Allah. Ini yang membedakan Muslim dan kafir.
Ditutup dengan penegasan "lakum dinukum waliyadiin" untukmu agamamu dan untukku agamaku. Kita beda, Anda salah, kami benar. Jangan campur aduk.
Kita berbeda, Islam disisi sini (benar) dan kafir disisi sana (salah). Kami Muslim anti pluralisme. Gak masalah kan ?
Mungkin agama lain bisa menerima pluralisme tanpa merasa rugi sedikitpun. Kalau Islam tidak bisa, kami punya prinsip. Hanya Islam yang benar.
Ketika meyakini Islam dan Kristen itu sama2 benar, maka keduanya jadi tidak penting.
Ketika menjadikan cantik sebagai kriteria calon Istri, maka cantik dan tidak cantik itu berbeda, tidak sama, dan penting.
Jika ke Masjid dan ke Gereja itu sama nilainya, maka keduanya tidak penting. Mau ke Masjid atau ke Gereja sama aja.
Bagaimana bisa membenarkan Islam yang haramkan babi tapi juga sekaligus membenarkan Kristen yang halalkan babi ? Bagaimana bisa membenarkan Islam yang menggugat trinitas, tapi sekaligus disisi lain juga membenarkan Kristen yang meyakini trinitas ? Split personality ?
Bagaimana mungkin meyakini Islam yang membenarkan "tiada Tuhan selain Allah" tapi sekaligus membenarkan penuhanan selain Allah ?
Para pendukung paham pluralisme ini mengalami split personality akut. Membenarkan sesuatu yang saling diametral. Membenarkan "A" tapi juga membenarkan "negasi A". Ini kekacauan jiwa.
Kata Al-Qur'an, yang bukan Muslim itu kafir dan semua yang kafir masuk neraka. Kok bisa Muslim gak boleh meyakini ini ?
Begitulah ringseknya paham pluralisme, gak ada hubungannya dengan kerukunan pemeluk agama, c ibadah, apalagi tentang kasihan dan tidak kasihan.
Pluralisme adalah agama baru yang justru menihilkan yang lainnya. Pluralisme melunturkan keyakinan pemeluk agama terhadap agamanya. Target utamanya ABG-ABG Muslim yg labil.
Dan gagasan destruktif ini harus dihadang. Jika tidak, negeri ini akan berserak ababil2 korban JIL.
Ketika menyebut saya domba tersesat, saya santai2 aja kok. Bahkan kalau ada kata yang lebih dahsyat untuk menggambarkan ketersesatan saya, saya siap. Pun begitu seharusnya ketika saya meyakini dan menyebut non Muslim dengan diksi yang sangat sederhana dari Al-Qur'an: "kafir".
Kenapa harus tersinggung dengan terminologi Al-Qur'an untuk menyebut eksternal Islam ? Ini seperti "domba tersesat" bukan ?
"Yaa ayyuhal kaafiruun, laa 'abudu ma ta'buduun" ... "Lakum dinukum waliyadiin". Ini surah tentang anti pluralisme.
Surah Al-Kaafiruun adalah surah anti pluralisme, sejak ayat pertama hingga ayat terakhir.
Ayat 1. Rasulullah (yang benar), menyapa orang yang salah dengan sebutan, "yaa ayyuhal kaafiruun", hai orang2 kafir. Ini anti pluralisme.
Kenapa ada terminologi kafir ? Lanjut ayat 2 nya. "Laa 'abudu ma ta'buduun". "Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah".
Sebutan kafir karena ada perbedaan yang disembah. Allah dan selain Allah. Ini yang membedakan Muslim dan kafir.
Ditutup dengan penegasan "lakum dinukum waliyadiin" untukmu agamamu dan untukku agamaku. Kita beda, Anda salah, kami benar. Jangan campur aduk.
Kita berbeda, Islam disisi sini (benar) dan kafir disisi sana (salah). Kami Muslim anti pluralisme. Gak masalah kan ?
Mungkin agama lain bisa menerima pluralisme tanpa merasa rugi sedikitpun. Kalau Islam tidak bisa, kami punya prinsip. Hanya Islam yang benar.
Ketika meyakini Islam dan Kristen itu sama2 benar, maka keduanya jadi tidak penting.
Ketika menjadikan cantik sebagai kriteria calon Istri, maka cantik dan tidak cantik itu berbeda, tidak sama, dan penting.
Jika ke Masjid dan ke Gereja itu sama nilainya, maka keduanya tidak penting. Mau ke Masjid atau ke Gereja sama aja.
Bagaimana bisa membenarkan Islam yang haramkan babi tapi juga sekaligus membenarkan Kristen yang halalkan babi ? Bagaimana bisa membenarkan Islam yang menggugat trinitas, tapi sekaligus disisi lain juga membenarkan Kristen yang meyakini trinitas ? Split personality ?
Bagaimana mungkin meyakini Islam yang membenarkan "tiada Tuhan selain Allah" tapi sekaligus membenarkan penuhanan selain Allah ?
Para pendukung paham pluralisme ini mengalami split personality akut. Membenarkan sesuatu yang saling diametral. Membenarkan "A" tapi juga membenarkan "negasi A". Ini kekacauan jiwa.
Kata Al-Qur'an, yang bukan Muslim itu kafir dan semua yang kafir masuk neraka. Kok bisa Muslim gak boleh meyakini ini ?
Begitulah ringseknya paham pluralisme, gak ada hubungannya dengan kerukunan pemeluk agama, c ibadah, apalagi tentang kasihan dan tidak kasihan.
Pluralisme adalah agama baru yang justru menihilkan yang lainnya. Pluralisme melunturkan keyakinan pemeluk agama terhadap agamanya. Target utamanya ABG-ABG Muslim yg labil.
Dan gagasan destruktif ini harus dihadang. Jika tidak, negeri ini akan berserak ababil2 korban JIL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar