Minggu, 20 Maret 2016

Siyono

Maafkan Kami, Siyono


Hingga datang sore itu, sekelompok orang mengatas-namakan negara, menangkapmu dengan kasar dan menggelandangmu entah kemana. Yang kami tahu, rumahmu kemudian didatangi para pria bersenjata, dan tanpa adab mempertontonkan adegan kekerasan kepada bocah-bocah yang tengah merajut asa, menuai ceria. Berikutnya, kami hanya menerima jasadmu, yang telah membisu, remuk lebam. Kemudian dibawah intimidasi sejumlah preman, kami menguburmu, bersama segudang pertanyaan… atas alasan apakah, hingga nyawamu harus dilenyapkan?
Maafkan kami, Siyono. Amerika yang banyak memusuhi Islam, tidak kenal propaganda Ulil Amri, mereka kesulitan untuk sekedar membuka isi Iphone seseorang. Mereka butuh Guantanamo Bay, sebuah tempat diluar wilayah hukumnya, untuk mengintrogasi apa yang mereka sebut pelaku kejahatan luar biasa. Sementara di negeri ini, dirimu hanyalah korban kesekian, dari rentetan aksi kekerasan aparat yang didanai rakyat, yang terjadi disebuah negara yang katanya, menjunjung tinggi proses hukum. Kasusmu membuka wawasan kami, bahwa pada setiap jengkal tanah negeri ini, bisa menjadi Guantanamo, jika yang berurusan adalah aparat berlogo burung hantu itu.
Maafkan kami, Siyono. Sejarah, juga pengalaman telah membuktikan, bahwa mentalitas kita, bukanlah mentalitas revolusioner. Arab hanya butuh satu orang membakar diri, untuk kemudian spiritnya membakar seluruh kawasan. Disini, sejak zaman Ronggolawe, hingga era Natsir, mereka yang ingin mengoreksi penguasa selalu dianggap pemberontak. Bahkan, mereka yang memiliki ide-ide brillian di bidang inovasi teknologi, yang menjadi cikal-bakal kemandirian bangsa, di-Cipinang-kan, atau minimal disuruh menghentikan risetnya.
Maafkan kami, Siyono. Jika sebentar lagi, kasusmu kami lupakan. Ada cukup banyak isu-wacana yang lebih seksi untuk digoreng media-media mainstream, ketimbang kasusmu yang semasa hidupmu saja, dirimu tidak mereka kenal. Kami akan kembali dicekoki berita Gubernur DKI yang hampir-hampir mereka kultuskan. Kami akan kembali disibukkan dengan naiknya tarif listrik, pajak yang kian mencekik, juga harga-harga yang merangkak naik menjelang Ramadhan. Akan lebih banyak berita-berita tentang mereka para pemuja popularitas, yang menuhankan materi dan segala tipudaya duniawi.
Maafkan kami, Siyono. Jika hanya sedikit dari kami yang peduli padamu, dan memastikan kasusmu tidak terkubur bersama jasadmu. Memutus mata rantai kekerasan ini, hingga tidak terwarisi anak-cucu kita. Memastikan bahwa pengorbananmu tidaklah sia-sia.

Madi Hakim, praktisi dakwah, tinggal di Purwokerto.

Tidak ada komentar:

INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA

 INILAH SEJARAH YANG TIDAK BOLEH DILUPAKAN OLEH KITA SEMUA Tgl 31 Oktober 1948 : Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten ...