Rabu, 27 Februari 2008

Kembali Menjadi Saksi "Keterbelakangan' Kampungku (2)

Hari-hari ini di'kampung', sedang rame-ramenya pilkada, bil khusus di propinsi jateng tempat tinggal saya dan keluarga 'berteduh', sana sini spanduk pasangan gubernur marak. Dari spanduk tradisional hinggal print color outdoor dengan komputer. Wah...kalo diitung-itung berapa biayanya kalau di total dari smua pasangan, dus kalau seluruhnya di total dari awal pencalonan hinggal nanti pesta demokrasi pemilihan, berapa anggaran untuk pilkada, belum dimana-mana pilihan bupati, walikota.
Lalu saya pernah mengingat-ingat 'zaman' dulu model pemilihan seperti ini justru hanya terjadi di 'ndeso', hanya orang-orang ndeso yang melakukan pemilihan seperti sekarang ini, kok sekarang malah mundur menjadi terbelakang. Kudrah lurah ....ya... itu namanya, pernah kalau saya pas jalan-jalan ke ndeso rame sekali hingga susah lewat...malah ceritanya, sampai habis-habisan biaya keluarga / pribadi hanya untuk meng-goalkan agar terpilih. Untuk ukuran pedesaan wilayah kampungnya hingga puluhan kelurahan, setiap kelurahan harus ada duit 'dibuang' hanya untuk memuluskan dukungan, belum lain-lainnya.
Oh negriku....kenapa kini aku menjadi saksi keterbelakangan kampungku.... kasihan mereka yang ngga kepilih, udah rugi berapa....(tapi klo dikatakan rugi jelas ngga mau). Lalu mereka yang ke pilih, sudah bukan rahasia umum....program pertama bagaimana agar modal kembali...belum balas jasa kepada mereka-mereka yang mendukung. Pos-pos tertentu, jabatan tertentu harus sudah dipersiapkan sebagai tanda balas budi. Dan anehnya temen-temen di kampung sangat antusias mendukung acara tersebut....mereka melakukan pendekatan sana sini, sibuk sana sini. Padahal di deketnya ada temen dekatnya yang lagi kesusahan secara finansial (saya sendiri), dan sangat-sangat membutuhkan bantuannya, tapi bagi orang seperti dia entah lingkungan yang menjadikan dia terbentuk seperti itu atau karna wataknya, yang penting keuntungan sejati daripada teman sejati.
Kemudian yang sungguh-sungguh saya merasa aneh atas kejadian ini, atas peristiwa-peristiwa pilkada ini, saya jadi ngga habis pikir....apa benar masih ada orang-orang yang dengan tulus ingin sekali menjadi superman, menjadi spiderman, menjadi man-man yang ingin menyelamatkan negri ini. Benarkah masih ada orang yang dengan kekayaannya lalu menonjol-nonjolkan diri ingin menyelamatkan bangsa. Adakah dengan keihkhlasannya ingin mengentaskan kemiskinan, menghapuskan pengangguran, meningkatkan mutu pendidikan, kesehatan..... apa saya sendiri yang sedang bermimpi?????????????????????????????