Rabu, 21 Juni 2017

AKHIRNYA ISLAM RUNTUH


Hanya dengan kekuatan 200.000 tentara dan berlangsung hanya dalam waktu 40 hari Kekhalifahan Abbasiyah yang bertahta selama 500 tahun dengan segala kebesarannya lenyap dari muka bumi.
Baghdad luluh lantak dihancurkan. 1,8 juta kaum muslimin di Baghdad disembelih dan kepalanya disusun menjadi gunung tengkorak. Tua, muda bahkan kanak-kanak. Laki-laki maupun perempuan, hingga janin di dalam kandungan semua dipenggal.
Khalifah dibantai beserta 50.000 tentara pengawalnya. Sejak pembantaian itu selama 3,5 tahun umat Islam hidup tanpa Khalifah. Tentara yang biadab memusnahkan ribuan perpustakaan yang memuat jutaan kitab-kitab, manuskrip-manuskrip sebagai khazanah peradaban di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga berwarna kehitaman. Siapa pelakunya?
Mereka yang bengis itu disebut Bani Qantura dengan ciri-ciri fisik bermuka lebar dan bermata kecil yang telah diisyaratkan kemunculannya oleh Nabi Muhammad saw. Kita mengenalnya sebagai bangsa Mongol atau Tartar yang kala itu dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan.
Ketika itu, seluruh negeri Islam yaitu Baghdad, Syria dan Asia Tengah sudah jatuh ke tangan tentara Mongol. Hanya tinggal tiga negeri Islam yang belum dimasuki yaitu Makkah, Madinah dan Mesir. Maka Hulagu Khan terus merangsek berupaya menaklukkan negeri yang lain.
Ambisi selanjutnya adalah menaklukan Mesir dan mengutus delegasi Mongol ke Mamluk Mesir, dimana pemimpin saat itu adalah Sultan Syaifuddin Muzaffar al Quthuz. Delegasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan yang isinya,
*“Dari Raja Raja Timur dan Barat, Khan Agung. Untuk Quthuz Mamluk, yang melarikan diri dari pedang kami. Anda harus berpikir tentang apa yang terjadi pada negara-negara lain dan tunduk kepada kami. Anda telah mendengar bagaimana kami telah menaklukkan kerajaan yang luas dan telah memurnikan bumi dari gangguan yang tercemar itu. Kami telah menaklukkan daerah luas, membantai semua orang. Anda tidak dapat melarikan diri dari teror tentara kami. kemana Anda lari? Jalan apa yang akan Anda gunakan untuk melarikan diri dari kami?*
*Kuda-kuda kami cepat, panah kami tajam, pedang kami seperti petir, hati kami sekeras gunung-gunung, tentara kami banyak seperti pasir. Benteng tidak akan mampu menahan kami, lengan Anda tidak dapat menghentikan laju kami. Doa-doa Anda kepada Allah tidak akan berguna untuk melawan kami. Kami tidak digerakkan oleh air mata atau disentuh oleh ratapan. Hanya orang-orang yang mohon perlindungan akan aman. Mempercepat balasan Anda sebelum perang api dinyalakan.*
*Menolak dan Anda akan menderita bencana yang paling mengerikan. Kami akan menghancurkan masjid Anda dan mengungkapkan kelemahan Tuhanmu, dan kemudian kami akan membunuh anak-anak dan orang tua Anda bersama-sama. Saat ini Andalah satu-satunya musuh yang mesti kami hadapi.”*
Isi surat tersebut jelas-jelas melecehkan kedaulatan Islam, cuma ada dua opsi, menyerah atau berperang. Syaifuddin Quthuz tidak gentar sedikitpun, malah beliau dengan berani menempeleng delegasi Mongol itu dan membunuh mereka karena tertangkap tangan melakukan tindakan spionase. Dengan segera ia menggerakkan pasukannya dan memancing Mongol untuk bertempur di Ain jalut.
Kemudian Al Quthuz segera memobilisasi tentaranya maka terbentuklah pasukan berjumlah 20. 000 orang tentara dan bergerak menuju Ain Jalut di Palestina untuk menantang tentara Mongol. Bahkan istri sang sultan ikut berjuang dan memilih jalan jihad bersama kekasihnya.
Pada malamnya Quthuz dan pasukan Islam melakukan tahajud dan memohon dari Allah demi kemenangan pasukan Islam dalam pertempuran esok hari. Malam itu adalah malam jum'at 25 Ramadhan, mereka menghabiskan malam mereka dengan tahajud dan doa serta menyerahkan diri kepada Allah. Semoga Allah menerima mereka sebagai hamba-Nya dan memberikan kemuliaan kemenangan atau syahid di medan pertempuran esok hari. Hari di mana mereka menebus semua kematian jutaan umat Islam di tangan Mongol. Hari dimana kekhalifahan Islam akan sirna selamanya jika Mongol berhasil mengalahkan mereka.
JUM’AT, 25 RAMADHAN 658 H
Sultan Quthuz berdiri gagah, ia hendak memotivasi seluruh tentara gabungan Mesir, Syam dan Turki, serta seluruh rakyat Mesir untuk bergerak menuju jihad di jalan Tuhan. Suaranya begitu lantang dan keras, membuat jiwa bergetar, dan mengalirkan air mata, kata-katanya terdengar nyaring, menyerukan jihad paling menentukan dalam sejarah.
*“Jika Mongol memiliki kuda, panah, tameng, dan manjanik. Maka kita punya yang tak terkalahkan oleh apapun, kita punya Allaaaaah,,,,,Azza wa Jalla.”*
Suara takbir bergemuruh, semangat pasukan terbakar, dan rakyat berjanji akan bertempur bersama sultan mati-matian, hingga darah penghabisan.
Bertemulah Kedua kekuatan tersebut di Medan perang Ain jalut, Pasukan Mamluk dengan mengandalkan pasukan kavaleri sebagai kekuatan utama di pimpin oleh Jendral Baibars dengan Sultan Quthuz mengamati dari dataran tinggi sementara Pasukan Mongol dipimpin langsung oleh jendral tangan kanan dan kepercayaan Hulagu Khan, Qitbuka Noyan.
Baibars yang memiliki jumlah pasukan kaveleri yang lebih sedikit menggunakan taktik "hit and run" dalam melawan pasukan Mongol hingga terjadi pertempuran selama berjam-jam sampai pada akhirnya pasukan Mongol jatuh ketengah-tengah perangkap pasukan Mamluk.
Melihat lawannya sudah masuk kedalam perangkap, pasukan Mamluk yang bersembunyi mulai keluar dan langsung menghujani pasukan Mongol dengan panah dan meriam kecil dalam penyerangan ini.
Ketika pasukan lawannya sudah berada dalam posisi terdesak, pasukan kavaleri Mamluk lain yang juga bersembunyi serta kemudian disusul oleh Infantrinya langsung menyerbu lawannya dalam empat posisi, menutup jalan keluar bagi pasukan Mongol.
Qitbuka yang menyadari bahwa pasukannya tidak mempunyai harapan lagi untuk melawan pasukan Kaveleri utama pimpinan Baibars dan memenangkan pertempuran, serta pasukannya terpojok ditengah-tengah, segera memerintahkan keseluruhan sisa pasukan yang dimilikinya untuk memfokuskan penyerangan ke posisi sayap kiri pasukan Mamluk pimpinan Al-Mansur Mohammad yang dirasa paling lemah, untuk membuka jalan keluar bagi pasukan yang dipimpinnya. Setelah digempur secara gencar akhirnya posisi sayap kiri pasukan Mamluk menjadi goyah.
Dari dataran tinggi, Sultan Quthuz yang mengamati jalannya pertempuran, melihat posisi sayap kiri pasukannya mulai terbuka akan dijebol pasukan Mongol, seketika itu pula ia membuang topeng bajanya ke tanah hingga wajahnya dapat terlihat oleh seluruh pasukannya, Sambil mengacungkan senjata Ia menggebrak kudanya ke arah posisi sayap kiri pasukannya,dan berteriak keras-keras,
*"Demi Islam!..Demi Islam!"*
Melihat sultannya menuju ke arah mereka, seketika itu pula moral dan semangat bertempur pasukan sayap kiri Mamluk meningkat, mereka kembali meningkatkan pertahanan dan tekanan kepada pasukan Mongol, satu-persatu pasukan Mongol berjatuhan terbunuh termasuk Qitbuka.
Pasukan yang tak pernah terkalahkan akhirnya takluk oleh pejuang Islam yang pemberani dan panji-panji Islam kembali ditegakkan.
Sultan Syaifuddin Muzhaffar al Quthuz meninggal dunia hanya lima puluh hari setelah kemenangan Ain Jalut. Kekuasaannya hanya berusia 11 bulan dan 17 hari. Tidak genap satu tahun!
Berbagai peristiwa bersejarah yang agung, persiapan yang bagus, pendidikan yang tinggi, kemenangan gemilang, hasil yang luar biasa dan dampak yang besar. Ya, semua ini dicapai kurang dari satu tahun di bawah pemerintahan pemuda legendaris ini.
Lalu. Bagaimana dengan kita? Di akhir Ramadhan ini, apakah yang telah kita persiapkan, korbankan bahkan perjuangkan untuk menegakkan keadilan dan mencegah kemungkaran di Indonesia kita?
Ramadhan adalah bulan peperangan. Mulai dari perang Badar, perang Tabuk, menggali parit untuk perang Khandaq, penaklukkan Makkah, penaklukkan Andalusia.
Selain bulan perjuangan,Ramadhan juga bulan kemenangan. Maka mari jadikan bulan ramadhan ini sebagai momentum revolusi. Mari kita berjuang, tentu saja bermula dari melawan hawa nafsu kita sendiri untuk menang dan merdeka baik sebagai diri, ummat dan bangsa. Karena tak ada yang tak bisa diraih jika perjuangan (Fight) dikombinasikan dengan keimanan (Faith).
Semoga kisah tersebut diatas menginspirasi kita semua, untuk terus bersiap siaga menjaga kehormatan diri, agama, bangsa dan negara.
Salam Kemenangan 1438Hijriyah!

PENGAKUAN ECONOMIC HITMAN

PENGAKUAN ECONOMIC HITMAN
Oleh: Mardigu Wowiek Prasetyo
Berdiskusi dengan seorang bule yang tinggal di top floor Pakubuwono Residence selama 2 bulan hanya untuk mempelajari ekonomi Indonesia. Setelah itu, rencananya ia akan berangkat ke Mumbay dan katanya dia berencana tinggal di India juga selama 2 bulan untuk mempelajari ekonomi Negara India. Pembicaraan kami berdua cukup intense dan “menegangkan”.
Usianya 65 tahun, kebangsaan Amerika, ras Yahudi. Sebuah spesifikasi SARA yang bagi sebagian “pegiat agama”, dia bisa di ketagorikan “public enemy number one”. Atau bagi “pegiat agama” yang senangnya mencari perbedaan, spesifikasi dia masuk object penderita yang layak di bully.
Tetapi begitu kenal dia, dia seorang parenialist, seorang pluralist, universalist dan economist sejati. Di Amerika dia juga bukan orang yang di sukai semua orang. Dia seorang financial economics, dari kampus ternama Ivy League.
Di Indonesia dia mengumpulkan data, SUN surat hutang Negara kemana saja dan siapa yang ambil, hutang korporasi kemana saja, export import Indonesia, arus keluar masuk barang. Semua di petakan di “mapping”. Dia tahu kelemahan dan kekuatan data terakhir Indonesia. Kegiatannya ini sebenarnya termasuk kategori inteligen ekonomi (economic intelligent).
Sayangnya data ini tidak bisa dilarang. Tidak ada hal/data yang di langgar olehnya. Tidak ada rahasia Negara yang dicurinya. Dia hanya mengumpulkan data publik dan data Negara dengan cara berbeda dengan BPS. Dia juga tidak ABS asal bapak senang. Bahkan dia menganalisa setiap pejabat Indonesia yang memberikan jumpa pers. Dia tahu sekali ini misalnya menteri anu pinter tuh dia tahu masalah atau pejabat anu tahu hanya kulit-kulitnya, atau pemimpin anu dia nggak tahu sama sekali.
Dari setiap perkataan dan kalimat dia analisa pemilihan kata-katanya, mimiknya, gerak tubuhnya, timingnya, konten isi informasinya, arah pembicara, semua ada arti baginya, sang financial economic ini. Dia tidak membaca Koran yang diam/statis, dia melihat video atau tayangan yang reporter (asing) rekam. Oiya catatan, hampir 80% wartawan asing dekat dengan dunia intelijen.
Lalu dia berkata, your country is in bad shape!
Saya bertanya, any proof sir?
I tell you just one, dia berkata yang saya terjemahkan : jika pada bulan Agustus nanti PLN surat hutangnya jatuh tempo, saya tahu PLN tidak punya “uang”. Pasti minta di perpanjang hutangnya di Wallstreet. Apa yang terjadi kalau “saya” tidak perpanjang hutang tersebut. Saya minta bayar, saat itu juga. Apa yang terjadi dengan PLN?
Saya berkata, PLN default ? bangkrut?
Dia berkata, Indonesia pasien IMF dua bulan kemudian!!!. Kalian kan sudah punya bukti, APP Asia Pulp Papernya Sinarmas. Kami tidak perpanjang hutangnya 14 bilion dollar kira-kira 10 tahunan yang lalu bukan? Kok masih juga di ulang lagi sih?
Hanya PLN bikin Indonesia jadi pasien IMF? Saya bertanya
You want to know the rest State-owned enterprise record? Mau tahu catatat lain BUMN? Semua parah!
Kepala saya terbayang pabrik kertas keluarga Wijaya itu kena “hostile take over” dengan gagal dapat perpanjangan surat hutang atau bond.
Dia melanjutkan, BUMN Indonesia ini lucu, yang dilawan bangsanya sendiri. Harusnya BUMN melawan asing, yang swasta belum tentu kuat atau bahkan tidak kuat sama sekali melawan investor asing. Nah ini BUMN indonesia memakan swasta malah kerja sama dengan asing lagi.
Dia tertawa tergelak-gelak. Presdiennya nggak ngerti sejauh ini efek tindakan kebijakan BUMN anda tadi, well, damage is already done. See what happens in the near future, very near!! Dia masih tergelak di ujung kalimatnya.
Dia melanjutkan, kredit macet di bank 3 besar (pelat merah), ini karena memaksakan membangun ke sektor tidak produktif, infrastruktur. Bukan salah membangun infrastruktur, tapi bukan untuk daerah yang hanya berpopulasi rendah namun ada sektor produksinya. Negara anda bukan Negara maju, China dan Amerika (tahun 1940-50 di jaman FDR) membangun infrastruktur di saat GDP nya di atas 5000. Indonesia masih 3500 saat ini.
Nggak heran Bank Mandiri beberapa perusahan konstruksi karya-karya mulai menjual asetnya demi membayar beban hutang.hampir semua bank tersebut keuntunganya tahun 2015 di banding 2016, turun separuhnya di tahun 2016 dan di tahun 2017 kembali turun setengahnya.
Yang anehnya, China membeli Newmont di biayai bank nasional. Langung cashless itu bank. NPL Mandiri 4%, NPL BRI 5,6%. Padahal Non Performing Loan ini tidak boleh lebih 3 %. Sakit semua bank besar dan sekarang semua bank tidak sanggup kasih pinjaman BUMN lagi yang tidak likuid.
Puncaknya lagi bank BUMN akan jadi tumbal keputusan kereta cepatnya Rini Soemarno (Rinso), menarik lagi 6 milyar dolar.
Ini yang saya suka dari Pemerintah saat ini, kata si Bapak itu kemudian. Saya pemain uang, ini peluang banget di depan mata, mirip tahun 1997. Puncak gunung es mencair dengan hutang tak terkendali di Indonesia.
What are you gonna do? Saya bertanya.
Dia hanya menaikan dua pundaknya sambil tersenyum. Bukan saya lho yang buat negara ini “not in good shape”. Saya hanya lihat peluang. Saya tunggu Oktober, will see what Indonesian’s government can do, katanya kemudian.

Selasa, 20 Juni 2017

AWAS, KEMUNGKINAN CALON TUNGGAL DALAM PILPRES 2019!


Jika Anda mengikuti pembahasan RUU Pemilu terkini, Anda pasti akan memahami narasi politik yang sedang bekerja di balik berbagai deklarasi dini pencalonan kembali Jokowi sebagai presiden pada Pemilu 2019.
Ketidakhadiran berkali-kali pemerintah dalam proses pengambilan keputusan akhir di Pansus RUU Pemilu, yang seharusnya menjadi tahapan akhir sebelum rancangan tersebut dibawa ke Paripurna DPR, ditambah ancaman penerbitan Perppu terkait Pemilu 2019 oleh Menteri Tjahjo, menunjukkan dengan jelas jika pemerintah sepertinya memang sengaja hendak menciptakan deadlock dalam pembahasan RUU Pemilu. Jangan lupa, adalah pemerintah pula yang sebelumnya terlambat menyerahkan draf RUU Pemilu ke DPR, yaitu baru akhir 2016 lalu, yang membuat pembahasan di DPR pun akhirnya terhambat.
Motif penciptaan deadlock tersebut sepertinya berhulu pada keinginan pemerintah untuk mengamankan dan mempertahankan Presidential Threshold (PT) di angka 20-25 persen, sikap yang sejauh ini didukung oleh Fraksi Partai Golkar, PDI-P dan Nasdem. Jika deadlock tersebut berhasil dikondisikan, maka Pemilu 2019 akan diselenggarakan mengacu pada undang-undang lama, di mana syarat pengajuan calon presiden dalam UU No. 42/2008 menggunakan ambang batas 20-25 persen.
Maksud ambang batas 20-25 persen tersebut adalah calon presiden hanya bisa diajukan oleh partai politik, atau gabungan partai politik yang menguasai suara sekurang-kurangnya 20 persen kursi di DPR RI, atau 25 persen perolehan suara secara nasional.
Berkaca dari pengalaman dua pemilu sebelumnya, meski di atas kertas seolah dimungkinkan bisa muncul lebih dari dua pasangan calon presiden, dalam praktiknya ambang batas tersebut hanya bisa menghasilkan dua pasangan calon presiden, bahkan mungkin hanya calon tunggal.
Kita ingat, Pilpres 2009, misalnya, bisa melahirkan tiga pasangan calon karena tiga partai dengan perolehan suara terbesar masing-masing mengusung calon presidennya sendiri. PDI-P, misalnya, mengusung Megawati-Prabowo melalui koalisi dengan Gerindra. Demokrat mengusung SBY-Boediono melalui koalisi dengan PKS, PKB, PAN, dan PPP. Sementara Golkar mengusung Jusuf Kalla-Wiranto melalui koalisi dengan Hanura.
Tapi, sebagaimana bisa kita lihat pada Pilpres 2014, begitu salah satu dari partai tiga besar tidak mengajukan pasangan calonnya sendiri, yang terjadi akhirnya polarisasi dua calon saja. Kita ingat, pada Pilpres 2014 Golkar gagal membangun koalisi, sehingga akhirnya bergabung dengan koalisi yang telah dibentuk oleh Gerindra. Pilpres 2014 akhirnya berlangsung hanya dengan dua pasangan calon, yaitu Prabowo-Hatta, yang didukung oleh Gerindra, PKS, PAN, PPP, PBB, dan kemudian Golkar, lalu Jokowi-Kalla yang didukung oleh PDI-P, PKB, Nasdem dan PKPI.
Dari dua pengalaman tadi, memperhatikan grouping kekuatan politik yang berlangsung hari ini, jika syarat ambang batas itu tetap dipertahankan, maka kita kemungkinan akan kembali mengulang drama Pilpres 2014, atau bahkan lebih buruk lagi: hanya akan muncul calon tunggal!
Dua partai dengan perolehan suara terbesar Pemilu 2014 silam, PDI-P (18,95%) dan Golkar (14,75%), keduanya akan kembali mengusung Jokowi sebagai calon presiden, meskipun secara resmi PDI-P belum mengemukakannya. Nasdem (6,72%) juga hampir pasti akan kembali mengusung Jokowi. Tiga partai ini saja sudah menguasai 40,42% kursi parlemen.
Meski empat partai pendukung pemerintah lainnya, yaitu PKB (9,04%), PAN (7,59%), Hanura (5,26%) dan PPP (6,53%) sejauh ini berbeda pendapat dengan PDI-P, Golkar dan Nasdem terkait Presidential Threshold, namun pandangan terkait keberadaan dan angka PT ini bisa jadi tak ada kaitannya dengan preferensi koalisi yang akan terbentuk.
Memperhatikan kecenderungan politiknya, jika PKB, Hanura dan PPP konsisten dukungannya terhadap Jokowi, gabungan partai-partai ini saja telah mengambil porsi 61,2% kursi DPR.
Sisa partai lainnya, yaitu Gerindra (11,81%), Demokrat (10,9%), PKS (6,79%), dan PAN (7,59%), secara kumulatif tak mungkin mengajukan dua pasangan calon. Sehingga, di atas kertas kengototan pemerintah dengan PT 20-25 persen hanya bisa dibaca melalui satu sudut pandang: mengulang kembali drama Pilpres 2014.
Tapi benarkah hanya itu kemungkinannya?!
Sejauh ini, jika kita lihat, hanya PKS yang konsisten seiring dan sejalan dengan Gerindra. Dan ini sudah berlangsung setidaknya dalam lima tahun terakhir. Terakhir, kekompakan dua partai ini bisa dilihat pada Pilkada DKI 2017 lalu.
Masalahnya, jika angka PT dalam Pilpres 2019 mendatang berpatokan pada hasil Pileg 2014, gabungan Gerindra dan PKS hanya bisa mengumpulkan 18,6% kursi parlemen. Dua partai lainnya, Demokrat dan PAN, juga hanya bisa mengakumulasikan 18,49% suara.
Jelas, melihat komposisi demikian, dengan kuasanya pemerintah bisa saja merekayasa hanya akan ada calon tunggal pada Pilpres 2019. Kita tentu ingat, menjelang kontestasi politik akbar, berbagai kasus hukum biasanya banyak dibuka, bukan untuk dilakukan penegakkan hukum, tapi sekadar untuk menyandera lawan politik. Masih ingat heboh pengakuan Antasari menjelang Pilkada DKI putaran pertama lalu?! Atau, masih ingat "netralitas" Demokrat dalam Pilpres 2014 silam?! Itu netralitas yang sangat penuh arti. Sebagai partai yang selalu berada dalam lingkaran kekuasaan, PAN juga rentan disandera oleh modus semacam ini.
Celakanya, Pansus RUU Pemilu sendiri telah menyepakati dimungkinkannya calon tunggal! Sehingga, pernyataan dan manuver Menteri Tjahjo dalam Pansus RUU Pemilu, tidak bisa tidak harus kita dicurigai hanya merupakan bentuk pretext bagi terjadinya kemungkinan ganjil tersebut.
Lahirnya calon tunggal, memang tidak otomatis buruk bagi demokrasi. Tapi calon tunggal yang lahir melalui rekayasa hukum dan politik sudah pastilah buruknya. Baliho-baliho dan deklarasi dini merupakan bumbu penyedapnya.
Sesudah berbuih-buih ngomong demokrasi, Pancasila, pluralisme dan kebhinekaan, itukah yang kita inginkan: calon tunggal dalam Pilpres 2019?

Semoga ini Bukan Ramadhan Terakhir


Andai saja, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir yang menyapa kita, apa yang akan kita lakukan? Andai saja memang demikian.
Pertanyaan seperti di atas, sesekali perlu kita ajukan pada diri sendiri. Untuk apa? Tentu saja untuk memacu diri, agar memanfaatkan waktu yang kita jalani. Mengumpulkan detik demi detik, agar tak ada yang tersia. Memanfaatkan setiap saatnya agar bernilai ibadah dan berat timbangannya.
Pernahkah kita mendengar kisah tentang seorang ahli hikmah bernama Bahlul? Dalam bahasa Arab, kata bahlul berarti bodoh. Meski demikian, sang pemilik nama tidaklah bodoh sama sekali. Dengan perilakunya yang seringkali dianggap bodoh, Bahlul justru kerap memberi hikmah.
Suatu hari Bahlul dipanggil oleh raja. Sang Raja merasa heran, mengapa ada seorang manusia yang rela memakai nama Bahlul. Maka dengan penuh rasa penasaran, sang raja bertanya, “Apakah tidak ada orang lain yang pantas menyandang namamu?”
“Tidak ada, baginda. Menurut sepengetahuan saya, hamba saja yang paling bodoh dan paling pantas menyandangnya,” ujar Bahlul yakin.
“Kalau begitu, aku akan memberikan anugerah untukmu atas kejujuran itu,” kata sang raja. Lalu kepada Bahlul diberikan sebuah tongkat yang indah.
“Terimalah tongkah ini dengan satu syarat. Jika kelak kau menemui orang yang lebih bodoh darimu, maka kau harus rela menyerahkannya,” titah sang raja. Bahlul pun menyetujuinya.
Kisah pun berlanjut. Suatu ketika, Bahlul mendengar kabar tentang raja yang sakit berat. Dari kabar yang menyebar, umur baginda raja sudah tak akan lama. Maka Bahlul pun menemuinya.
Setelah bertemu dan beruluk salam, Bahlul pun bertanya. “Wahai baginda, apa yang baginda rasakan sekarang?”
“Wahai Bahlul, jangan lagi kamu tanyakan. Rasanya aku akan pergi jauh. Jauh sekali.”
Bahlul yang tak mengerti bahasa isyarat, ingin mengetahui lebih dalam lagi. “Pergi kemana baginda? Sejauh apa?”
“Sejauh apa? Sangat jauh. Bahkan aku tak akan kembali dalam perjalanan ini,” kata sang raja.
“Ohoi, alangkah jauhnya, baginda. Sampai-sampai engkau tak memikirkan kembali. Apakah baginda sudah menyiapkan bekal untuk perjalanan jauh ini?” tanya Bahlul, masih tak mengerti.
“Tak ada, Bahlul, tak ada. Dalam perjalanan ini, engkau tak mungkin membawa bekal,” sang raja menerangkan.
Tiba-tiba Bahlul berdiri sambil menarik tongkatnya. Semua orang di ruangan terkejut melihatnya. Lalu Bahlul mengambil tongkatnya, dengan serta merta ia memberikan tingkat itu pada sang raja.
“Saya tidak percaya, ternyata baginda lebih bodoh dari saya. Sebodoh-bodohnya saya, saya masih mengerti semua perjalanan memerlukan bekal. Apalagi untuk perjalanan yang jauh dan tak mungkin kembali. Baginda, terimalah tongkat ini, karena baginda lebih berhak memegangnya,” tegas Bahlul mantap.
Semua perjalanan memerlukan bekal. Benar, seperti yang dikatakan Bahlul. Dan jika Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir dalam umur kita, maka kita harus benar-benar memanfaatkannya untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya.
Suatu kali Rasulullah saw pernah menaiki mimbar untuk berkhutbah. Saat menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan, "Amin." Begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga. Lalu para sahabat, seusai shalat bertanya kepada Rasulllah. “Mengapa Rasulullah mengucapkan, amin?”
Beliau pun menjawab, bahwa Malaikat Jibril datang dan berkata, “Kecewa dan merugi seorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu. Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orangtuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga. Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya,” (HR Ahmad).
Tak seperti bekal-bekal yang lain yang harus kita himpun. Bekal untuk menghadap Allah, justru harus kita tabur. Perbanyak sedekah, adalah mengumpulkan bekal. Perbanyak perbuatan baik, adalah mengumpulkan bekal. Perbanyak silaturahim, adalah mengumpulkan bekal.
Tidak seperti di bulan-bulan lain, di bulan yang mulia ini, Rasulullah saw mengajarkan kita untuk lebih memperbanyak infaq, sedekah dan perbuatan baik. Di bulan Ramadhan, kedermawanan Rasulullah jauh melebihi bulan-bulan yang lain. Di bulan ini beliau melipatgandakan semua perbuatan baik.
Rasulullah memerintahkan kita untuk tak berat tangan dalam bersedekah. Rasulullah mengajarkan kepada kita agar tak pernah berpikir dua kali ketika hendak memberi. Karena apa yang kita sedekahkan akan menjadi penghalang dari azab Allah yang akan datang. “Jauhkan dirimu dari api neraka, meski dengan sedekah sebutir kurma,” (HR Muttafaq Alaihi).
Agama ini begitu ajaib. Di buka berbagai cara untuk melakukan kebaikan. Diajarkan bermacam keutamaan. Tak melulu soal harta. Tak selalu tentang materi. Kekuatan niat menjadi landasan utama dari berbagai peristiwa.
Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk ringan tangan memberi sedekah. Lalu para sahabat bertanya tentang caranya. “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?”
“Bekerja dengan keterampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu bersedekah,” sabda baginda Rasulullah.
Para sahabat bertanya lagi. “Bagaimana kalau dia tidak mampu?”
Lalu Rasulullah pun memberi cara yang lain, “Menolong orang yang membutuhkan dan sedang teraniaya.”
“Bagaimana kalau dia tidak bisa melakukannya?”
“Menyuruh berbuat ma’ruf adalah sedekah.”
“Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?”
“Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sedekah,” (HR Bukhari dan Muslim).
Kita tak boleh kehilangan kesempatan untuk meraih kebaikan. Ramadhan ini kita harus menghisap kebaikannya dan kemuliaannya sampai pada tetes yang terakhir. Tak boleh ada yang tersisa dan harus menghasilkan keutamaan untuk diri kita.
Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang telah diberi peringatan oleh Rasulullah saw. Banyak di antara orang yang berpuasa, tapi tak mendapatkan kebaikan dan kemuliaan dari bulan Ramadhan yang penuh berkah. “Mungkin hasil yang diraih seorang shaum hanya lapar dan haus saja. Mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam hanyalah berjaga,” (HR Ahmad dan Al Hakim).
Na’udzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan dosa dan perilaku yang sia-sia. Amin.

Senin, 19 Juni 2017

2 PERIODE????????

BBM (Bahan Bakar Minyak)SAAT INI MINYAK MENTAH SEKITAR $50/Barel Kurang dari separo zaman Pak SBY, Tapi BBM(Bahan Bakar Minyak) lebih mahal sekarang LISTRIK
Dari harga semula Rp 318 perKwh menjadi Rp 1467 PerKwh itu bukan kenaikan tapi PERAMPOKAN..!! apalagi Tanpa sosialisasi kepada masyarakat
Masih mau 2 periode?

KRISIS LISTRIK di Indonesia Ternyata AKAL- AKALAN Penguasa dan Taipan


Belakangan ini di Jakarta, Jawa-Bali dan berbagai daerah, listrik sering mati. Seperti paduan suara, listrik mati secara berirama, silih berganti, saling bersambut antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Begitu kompak.
Anehnya kok di jawa sering mati lsitrik? Padahal di Jawa-Bali terjadi kelebihan produksi listrik. Listrik di Jawa tidak habis dikonsumsi. Tapi kok aneh listrik di Jawa kok sering mati? Ini pasti ada sesuatu.
Padahal jika melihat laporan Badan Pusat Statistik (electricity Statistic. 2011-2014), pada tahun 2014 produksi listrik sebesar 234.549,4 GWh, sementara jumlah listrik terjual pada tahun 2014 mencapai 199.028,08 GWh.
Dengan demikian maka terdapat selisih antara ketersediaan dengan konsumsi yang cukup besar yakni mencapai 35.521,32 GWh yang tidak terpakai. Selisih tersebut terbesar adalah di Jawa-Bali.
Lalu mengapa listrik di Jawa sering mati? Apakah pemerintah mencari alasan untuk menaikkan tarif listrik lagi, atau untuk membusukkan nama PLN, mengancurkan PLN agar terbuka peluang asing dan taipan untuk menggantikan peran PLN terutama di Jawa Bali.
Ingat, meskipun listrik di Jawa Bali mengalami kelebihan pasokan, investor asing dan para taipan listrik tetap ingin menumpuk investasi pembangkit di Jawa-Bali.
Nanti ketika pembangkit telah bertumpuk di Jawa-Bali, maka secara perlahan lahan pembangkit listrik milik PLN dihabisi, dihancurkan, dibangkrutkan, dirusak nama baiknya. Dengan demikian maka infrastruktur jaringan yang dimiliki PLN dapat diambil alih oleh asing dan taipan listrik.

Sekarang ini bisnis listrik di Indonesia telah menjadi ajang bancakan yang paling busuk. Mengapa? karena pembuat kebijakan (legislator), para pelaksana kebijakan (eksekutor) dan para pelaksana proyek (kontraktor) adalah para penguasa Republik ini sendiri. Jadi ini adalah bisnis sesuka hati penguasa saja. Mereka menjadikan program elektrifikasi nasional sebagai proyek bancakan penguasa untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya.
Bagaimana strategi dan cara oligarki penguasa bekerjasama dengan asing dan taipan listrik menjarah keuangan negara, keuangan PLN dan keuangan rakyat?
Dibaca pelan pelan ya….
Pertama, PLN dipaksa membiayai pembangunan infrstruktur listrik dengan didanai utang dalam jumlah besar. Utang PLN sudah melebihi nilai asetnya sebelum revaluasi aset.
Kedua, Proses pembangunan infrstruktur dikerjakan oleh swasta melalui Engineering Procurement Construction (EPC). Dalam proyek proyek EPC inilah yang menjadi bancakan oligarki penguasa dan taipan listrik
Ketiga, Infrastruktur yang dibangun PLN akan dimanfaatkan oleh para investor lsitrik yakni investor asing dan para taipan listrik. Investor tidak mungkin melakukan investasi pembangunan jaringan listrik.
Keempat, Pembangkit listrik diserahkan kepada investor asing dan taipan listrik dengan memanfaatkan jaringan yang dibangun dengan investasi PLN yang didanai utang.
Kelima, PLN diwajibkan membeli listrik yang dihasilkan asing dan taipan listrik termasuk kelebihan produksi listrik asing dan taipan listrik tersebut.
Keenam, Negara memberikan dana subdisi untuk PLN agar membeli listrik swasta termasuk kelebihan produksi swasta. Jadi selama ini tidak benar dana subsidi listrik itu untuk rakyat. Dana subsidi lsitrik dinikmati oleh asing, taipan dan oligarki penguasa.
Itulah mengapa mega proyek listrik 35 ribu megawatt yang tengah dirancang pemerintah, merupakan peluang empuk bagi asing, taipan dan oligarkhi penguasa dalam menjarah keuangan negara dan keuangan PLN.
Dengan mega proyek ini, investor asing, para taipan listrik dan oligarki penguasa dapat menjarah dana subdisi listrik (subsidi digunakan untuk membeli kelebihan produksi listrik swasta oleh PLN), menjarah keuangan PLN melalui pembangunan infrastruktur yang dibiayai dengan EPC dan menjarah keuangan rakyat dengan kenaikan tarif listrik setinggi langit tanpa alasan.
Penulis: Salamuddin Daeng (AEPI Jakarta)

Indonesia Milik Konglomerat


Oleh : Iwan Piliang
Dulu di akhir 80-an sebagai jurnalis, saya sempat bertemu dengan Dirut bank-bank pemerintah. Bahkan saat itu beberapa kali memandu diskusi terbatas perbankan, era belum ada istilah pengamat, diksi pakar belum mewabah. Era di mana Omar Abdalla, BBD, Kukuh Basuki, BNI, Widarsa Dipradja, BDN, Kamardi Arif, BRI, begitu dicari, dilobby.
Berkawan dengan mereka, sekadar sumber. Berteman bukan untuk meminta. Tetapi agar dimudahkan mengutip keterangan untuk ditulis.
Berbeda dengan pengusaha. Dekat dengan direksi bank, jaminan bagi perolehan kredit tambun. Saya paham bagaimana Eka Tjipta Wijaya, mendapatkan kredit besar dari BRI. Publik pun kemudian tahu setelah tak menjabat Dirut BRI, Kamardi menjadi komisaris di perusahaan grup Sinar Mas, sekadar salah satu contoh. Lakon demikian hampir dijalani semua konglomerat papan atas Indonesia.
Bahkan modal awal pendirian bank swasta mereka dominan juga dari uang pinjaman bank pemerintah. Ingat kebijakan Pakto, tahun 1988. Swasta diberi kemudahan bagi pendirian bank. Perjalanan ini kemudian terjadilah praktek pelanggaran Capital Eduquacy Ratio, Legal Lending Limit. Proses pelanggaran dan ranah abu-abu dalam bisnis itu terus berlanjut hingga era KLBI, BLBI, bahkan era BPPN, jaman panen membeli aset BPPN dengan pola cesie, 20% dari nilai riil, melalui anak usaha di negara bebas pajak, perusahaan Blossom Limited, dari British Virgin Island, sekadar menulis nama. Padahal pemiliknya mereka telah dikonglomeratkan bank pemerintah, negara, Indonesia.
Di hadapan para peserta Sesko TNI di Bandung, 17 November 2015 perih-hal ini - - sengaja saya tambah h-nya - - konglomerasi di Indonesia itu sudah pernah saya paparkan. Produk TVRI jadi TV publik, kemasan Undang-Undang. Simak saja mana ada TV negara yang nasibnya seterperkosa TVRI, lihat saja pesta pendapatan TV Swasta. Setelah dapat Bisnis TV, dari pendapatan iklan mereka merambah partai politik.
Beruntung dunia perbankan pemerintah, nasibnya tak sejelek TVRI. Akan tetapi bank swasta milik konglo telah membangun kepercayaan terutama di lingkup pengusaha keturunan untuk diutamakan dipilih. Dalam sikon demikian para konglomerat tambun merambah memiliki lalu mencengkeram partai politik.
Tommy Winata saja punya hak veto di Nasdem. Surya Paloh pernah akui ia hanya pendana ke empat. Setelah TW, ada Jan Darmadi, bisa dilihat kemudian diangkat jadi anggota penasehat presiden, lalu ada pendana Franky, kini bendahara. Sjamsul Nursalim yang mukim di Singapura, diduga pemgemplang BLBI melalui bank BDNI-nya, punya tangan ke pendirian partai baru. Sebutlah konglomerat lain, kalau pun mereka tidak terang-terangan punya partai, publik paham bagaimana tangan mereka ke penguasa.
Bukan rahasia tangan grup Sinarmas, Lippo, berandil memenangkan Jokowi-Ahok. Melalui indikasi dukungan uang untuk kampanye. Semua itu harus dibayar dengan kebijakan.
Kebijakan kereta cepat Jakarta- Bandung, sudah lama saya katakan untuk kepentingan pengembang. Baru saja dua hari lalu James Riady, mendeklarasikan kota baru Meikarta, terkoneksi dengan jalur kereta cepat.
Ketika Pilkada DKI Jakarta, ada janji membatalkan reklamasi pantai utara Jakarta, saya pesimis. Indonesia milik konglomerat kini. Lihatlah bagaimana tercampaknya dengan mudah Rizal Ramli dari kabinet, tengoklah kekehnya pembelaan pusat kekuasaan kepada Basuki Tjahanja Purnama.
Semua bisnis sah saja adanya. Tidak ada seorang pun di Indonesia melarang orang sangat kaya.
Saya sebagai warga misalnya hanya mengkritisi soal penggelapan pajak tambun setiap tahun melalui pola transfer pricing. Setahun 2005 saja terindikasi sudah Rp 1.300 triliun. Tahun 2015 sudah di atas Rp 2.200 triliun setahun. Jika Pengadilan Pajak benar, kerja bisa membuktikan 30% maka Indonesia tak perlu berhutang APBN-nya.
Majalah Tempo pernah ungkap soal penggelapan pajak, transfer pricing PT ASIAN agri, terbukti di Pengadilan. Kasus diakhiri, menguap. Bandingkan dengan Australia, pada 2005 bisa me nuntut laku transfer pricing Toyota US$1 miliar. Sementara untuk tahun sama perusahaan terindikasi kasus transfer pricing di Pengadilan Pajak, Toyota Motor Manufactur Indonesia, belum jelas kesudahannya. Sekadar satu contoh.
Indikasi penggelapan pajak tambun Pola transfer pricing tiap tahun itu dari sektor tambang, ekspor CPO sangat dominan. Polanya simpel, harga jual riil di pasar bukan jadi laporan pajak. Tetapi laporan pajak dari pembukuan pembeli dari tax heaven country. Misalnya harga riil jual 50 dollar per ton, laporan pajak 25 dollar per ton. Metha Dharmaputra, wartawan Tempo saat liput kasus Asian Agri, di rapat perencanaan tahunan tercantum dokumen transfer pricing bagian dari rencana pendapatan.
Grup Sinarmas besar di tambang batu bara dan ekspor CPO otomatis laku sejenis sudah lama saya duga terjadi di grup mereka. Akan tetapi setelah rejim berganti bukan penggelapan pajak tambun diberesi justeru berganti ke tax amnesty.
Maka secara miris saya katakan tax amnesty sebagai saya rakyat dihisap darah hingga dikikir tulang, ditimpuk kepala pakai batu, di saat bocor ditetesi cuka. Itu rasa tax amnesty bagi saya. Ketika ada berita Grup Sinarmas, diduga pembeli utama karangan bunga yang beredar di Jakarta, saya bertanya ini episode apalagi yang hendak dimainkan konglomerat di negeri ini?
Bukan rahasia tangan konglomerat ke mana-mana. Beralihnya empati warga ke Ridwan Kamil , Bandung, bukan mustahil akibat jerat konglomerat. Pembangunan di Bandung, banyak juga didukung CSR pemgembang dari grup Lippo, misalnya. Dan kini Nasdem mendukung RK.
Berpilin berkelindannya konglomerat ke media, ke partai politik, hari kini memberi framing radikal umat, menurut saya nyata.
Mengapa misalnya sikap Polri seakan berlawanan dengan warga? Karena pimpinan mereka di atas, mengutamakan kepentingan konglomerat, beberapa pemilik, terindikasi tak nyaman, politik terjerembab pasrah ke sikon oligarki fulus mulus membaja.
Mencegah kebuntuan demikian sejatinya sudah kami lakukan ketika mendukung Jokowi 2012, 2014. Eh ternyata kebekuan itu kian mengeras, lebih membaja, sehingga ranah keadilan dirasakan pahit oleh umat Muslim khususnya, karena cap, label radikal, bahkan teroris. Padahal satu saja tuntutan umat kini tegakkan keadilan.
Jika laku "maling" dengan transfer pricing dominan warga diem karena kecerdasan hati mereka tinggi. Mungkin anggapan warga biarlah kalau negara diam, masih ada alam akhirat, tetapi Al Quran dihina, memang himbauan akidah wajib membelanya.
Karenanya konglomerat kini sudah tambun di besarkan negara tidak sepatu t nya, juga tidak sepantasnya ngelunjak berlebih-lebih. Sebagai contoh kecil Jika Indikasi pembeli karangan bunga ke kantor Kapolri dan Kapolda adalah Sinarmas, maksudnya apalagi? Radikal riil kah umat Islam?
(Sedikit tambahan bukan dari penulis asli 👇👇👇)
Atau justru para koruptor yang sudah sangat kaya raya tersebut dan takut diusut asa muasal harta serta assetnya yang *radikal fundamentalis garis keras* menyingkirkan siapapun yg berpotensi mengganggu kenyamanan hidup mereka dan cengkraman mereka terhadap negara dan aparatusnya..???

Sabtu, 17 Juni 2017

MENJERAT HABIB RIZIEQ, Mentah di Gorengan Isu Radikalisme, Kedodoran di Isu Chat Palsu

Pasca kekalahan pasangan petahana pada putaran kedua Pilgub DKI, banyak pihak terhenyak, tetap tak bisa percaya. Bagaimana mungkin petahana yang didukung habis-habisan, diusung 2 parpol peraih suara terbanyak dan runner up di Senayan, didukung dana tak terbatas, di back up keberpihakan penguasa dan aparatnya, bisa kalah telak sampai hampir 16%?! Sebuah kekalahan yang nyaris tak bisa diprediksi lembaga survei manapun.

Berangkat dari keterhenyakan itu, mulailah dicari siapa “biang kerok” yang dianggap paling berperan meng-goal-kan kemenangan bagi paslon Gubernur Muslim.

Alhasil, Habib Rizieq Shihab lah orang yang dianggap punya andil terbesar atas kekalahan ahok. Logikanya sederhana: kekalahan Ahok dianggap tak lepas dari maraknya Aksi Bela Islam yang tujuannya menuntut tindakan hukum atas Ahok yang telah menistakan Al Qur’an terkait pidatonya di Pulau Pramuka yang meminta agar masyarakat jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah ayat 51. Dan Habib Rizieq lah tokoh sentral yang dianggap menggerakkan serangkaian Aksi Bela Islam, terutama yang paling fenomenal Aksi Damai 411 dan Aksi Super Damai 212.

Padahal, menuding Habib Rizieq sebagai biang keladi kekalahan ahok sebenarnya sama dengan MENGAKUI KEHEBATAN Habib Rizieq Shihab.

Mana mungkin seorang HRS bisa mempengaruhi jutaan warga DKI yang berhak pilih, untuk tidak memilih ahok di bilik suara?! Sedangkan money politics dalam berbagai bentuknya, pembagian sembako “ugal-ugalan” sampai menerobos masa tenang, semua operasi itu telah dijalankan. Seharusnya, hitung-hitungan di atas kertas, petahana pasti menang dong! Lalu bagaimana caranya HRS jadi penyebab kekalahan paslon petahana?! Sedangkan dia tak melakukan gerakan kontra kampanye?!

* * *

Yang dilakukan Habib Rizieq Shihab, bagi penguasa saat ini, justru jauh lebih dari itu, bukan sekedar berperan mengalahkan Ahok, tapi bisa lebih berbahaya lagi jika dibiarkan. Sebab yang dilakukan HRS adalah MEMBUKA PINTU KESADARAN UMMAT ISLAM, MENGUSIK GHIRAH KAUM MUSLIMIN. Mereka yang semula beragama hanya sekedar sebatas kesalehan ritual (banyak sedekah, sumbang masjid sana sini, bantu panti asuhan dimana-mana, umroh berkali-kali) namun kering dari ‘sense of belonging’ terhadap ISLAM itu sendiri, dengan adanya Aksi Bela Islam, mereka seakan disentakkan kesadarannya bahwa beragama itu bukan sekedar melakukan ibadah ritual semata. Tapi bagaimana membumikan perintah dan larangan Allah, merasa memiliki terhadap apa yang Allah turunkan, sehingga timbul rasa tidak rela jika agamanya dinistakan, Al Quran nya dianggap alat kebohongan.

Orang yang tadinya tidak peduli pada perintah surat Al Maidah ayat 51, justru dengan dikatakan “jangan mau dibohongi pakai…” terusik untuk mengkaji lebih dalam surat Al Maidah ayat 51 dan ayat-ayat selanjutnya.
Disinilah peran Habib Rizieq dan beberapa ulama yang tergabung dalam GNPF MUI.

Kesadaran itu tidak hanya berhenti sampai sebatas memilih siapa di Pilgub DKI. Sebab Aksi 212 kemudian bergulir ke segala arah, termasuk ke ranah ekonomi. Munculnya kesadaran ummat Islam untuk bergotongroyong, dengan semangat ukhuwah Islamiyah, membangun bisnis berbasis syariah, bisnis dari ummat, oleh ummat, untuk ummat. Sekarang mungkin masih kecil skalanya. Tapi bukan tidak mungkin jika kelak akan terus menbesar dan mengancam hegemoni dagang para taipan.

Ghirah ummat Islam untuk memilih pemimpin yang berpihak pada Islam dan tidak meminggirkan Islam, akan terus bergulir, tidak berhenti hanya pada Pilgub DKI.
Justru kemenangan paslon Gubernur Muslim yang semula tak diperhitungkan, kini mendongkrak rasa percaya diri ummat Islam, bahwa jika mereka bersatu, maka mereka akan bisa mengalahkan kekuatan besar yang ditopang kekuasaan sekalipun.
Semangat seperti inilah yang akan terbawa dan menular ke berbagai daerah dalam menghadapi Pilkada serentak 2018.
Lebih “celaka” lagi jika semangat ini berlanjut sampai 2019, saat moment Pemilu Legislatif dan Pilpres akan digelar bersamaan.

Apalagi pasca Aksi Bela Islam muncul semangat dan KEPEDULIAN ummat untuk mengawal proses pemungutan suara. Mereka yang dulu hanya pasif menanti hasil perhitungan suara dari KPUD/KPU atau mantengin quick count dari lembaga survei yang bekerjasama dengan media tivi, kini sadar bahwa “KEJUJURAN hasil pemungutan suara dimulai dari TPS”.

Maka bergeraklah ummat Islam, kaum ibu, anak muda, jawara, untuk mengawal TPS, menjaga agar prosesnya steril dari aksi intimidasi ala Iwan Bopeng, tidak bisa disusupi pemilih siluman yang datang gerudukan menjelang TPS tutup hanya berbekal KTP padahal tak dikenali sebagai penduduk setempat, dan yang terpenting hasilnya tak bisa direkayasa secara sistem hitungan di KPU/KPUD. Bayangkan jika hal ini terjadi di semua Pilkada serentak 2018 dan Pemilu/Pilpres 2019! Maka, memenangkan pilkada dan pemilu bukanlah hal mudah lagi. Tak cukup hanya punya modal uang tak berseri atau intervensi kekuasaan.

Itu sebabnya Habib Rizieq Shihab HARUS DIHABISI. Dihabisi bukan berarti harus dibunuh. Tidak perlu membunuh beliau secara fisik. Tapi bunuhlah karakternya.
Buat citra HRS sedemikian buruk, kotor dan hina sehingga ummat tak mau lagi mendengar nasihatnya, ogah ikut komandonya bahkan ummat menyingkir, meninggalkan HRS.
Apa yang harus dilakukan?

Memenjarakan HRS dengan kasus kriminal biasa, sulit. HRS tidak korupsi karena dia bukan aparatur negara yang punya peluang untuk korupsi. Maka dibidiklah HRS dengan beragam kasus. Penghinaan terhadap lambang negara, ternyata tak cukup ampuh. Sebab yang dimaksud penghinaan lambang negara adalah menghina burung Garuda Pancasila. Sedangkan thesis HRS hanya mengupas sejarah “lahirnya” Pancasila sehingga menjadi 5 sila yang urutannya persis seperti apa yang kita kenal sekarang. Mentahlah tuduhan itu, terlalu sumir jika dipaksakan, Kejaksaan saja mengembalikan berkasnya.

Lalu kenapa akhirnya yang diangkat kasus chat sex? Karena untuk membunuh karakter
seorang ulama agar kehilangan kepercayaan ummatnya adalah jika dia terlibat skandal sex! Maka dibuatlah issu chat sex antara HRS dengan seorang wanita, FH

Meski terlalu banyak kejanggalan dalam kasus chat sex, tapi gaungnya cukup luas. Itulah yang diharapkan, semua orang jadi sibuk membincangkan “bener enggak sih Habib Rizieq melakukan chat sex dengan FH?”.
Tak peduli logis atau tidak (karena HP milik FH sudah berada di tangan kepolisian sejak hampir 2 bulan sebelum chat sex itu diunggah ke internet), yang penting efeknya meluas.

Ini sangat ironis sebenarnya. Sebab sejak awal yang digoreng adalah isu radikalisme. Setiap Aksi Bela Islam selalu dikaitkan dengan isu bakal adanya kerusuhan massa, bergeser menjadi gerakan makar, melawan dan menumbangkan pemerintahan yang sah.

Namun sayang issu RADIKALISME yang digoreng itu GAGAL TOTAL! bahkan puncak dari Aksi Bela Islam, dimana 7 jutaan ummat Islam dari berbagai penjuru negeri berkumpul sejak dini hari di pusat Jakarta, di sekitar pusat-pusat kekuasaan, namun tak satupun ada kerusakan. Jangankan merusak, sampah yang dihasilkan pun secara swadaya dibersihkan dan dikumpulkan dalam kantong-kantong plastik besar, sehingga petugas kebersihan tinggal mengambil saja. Jangankan bergerak rusuh ke pusat-pusat kekuasaan, berebut makanan dan minuman saja tidak ada.

Sulit, sulit sekali menggiring opini bahwa ini gerakan ISLAM RADIKAL. Apalagi Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, Menag, Menko Polhukam, juga ikut hadir di acara itu. Kapolri dan Panglima TNI pun ikut jadi saksi jalannya Aksi Super Damai.
Apalagi belakangan Jokowi pun tanpa disadari ikut “MEMPROMOSIKAN” ke masyarakat internasional bahwa aksi 212 adalah aksi damai, nothing to worry about untuk berinvestasi di Indonesia. Disini ummat Islam berkumpul sampai 7 juta orang, meski niatnya berdemo, tapi tetap bisa menjaga situasi tetap aman dan damai.
Nah lho, ambigu bukan jika tetap memaksakan tuduhan PENYULUT RADIKALISME pada Habib Rizieq Shihab?!

* * *

Gagal di isu radikalisme, maka harapannya kini bertumpu pada kasus chat sex. Meski sudah banyak pakar dan pengamat dari berbagai disiplin ilmu menelanjangi kejanggalan issu ini, polisi tak menyerah.
Setelah “digugat” kenapa tidak menangkap pihak yang mengunggah dan menyebarkan pertama kali, kini polisi menuduh hacker asal Amerika lah yang pertama kali meretas chat sex itu. Anonymous Amerika pelakunya.

Ini makin konyol sebenarnya. Sebab di Amerika yang namanya free sex sudah “santapan” sehari-hari. Jangankan cuma chat sex yang sudah marak sejak belasan tahun lalu ketika orang masih gandrung pakai Yahoo Messenger, aksi tukar menukar video sex disana sudah bukan issu baru. Dan sebagai masyarakat yang berpaham liberal, di sana orang mau melakukan free sex sepanjang tidak menganggu orang lain, ya tidak masalah, itu urusan pribadi pelakunya.

Jadi bagaimana Anonymous Amerika bisa sedemikian tertarik meretas urusan chat sex pribadi? Apalagi kemudian diunggah ke internet lewat website bernama “Balada Cinta Rizieq”, ini nama web nya “Indonesia bingitz”.

Tapi sudahlah. Tak penting masuk akal atau tidak, konyol atau logis, yang penting nama HRS dicemarkan. Harapannya, ummat Islam “pinggiran” yang relatif tidak terdidik, tidak well informed, akan menelan mentah-mentah tuduhan bahwa HRS melakukan chat sex.

Bukti bahwa aparat bernafsu membusukkan citra HRS, ketika kepolisian menyebar foto HRS ke berbagai daerah, seolah dia buronan yang bersembunyi di pelosok tanah air, di hutan belantara, menyamar di desa-desa terpencil.


Padahal, seluruh aparat kepolisian tahu HRS sedang berada di Arab Saudi. Tinggal layangkan saja surat resmi kepada Dirjen Imigrasi untuk mencabut paspor HRS, lalu tinggal kirim surat ke Pemerintah Saudi agar mendeportasi HRS karena dia sudah berstatus illegal tanpa paspor.


Anehnya, seperti kata Ronnie F. Sompie, Dirjen Imigrasi yang mantan Kapolda Bali, pihaknya belum akan mencabut paspor HRS karena sampai saat ini tidak ada permintaan dari Polri.

Nah, ini bukti bahwa sebenarnya kepolisian tak serius-serius amat ingin memaksa HRS kembali ke Indonesia. Padahal mudah, cukup cabut parpornya, cekal dia, agar ada alasan kuat untuk meminta pihak berwenang Saudi Arabia mendeportasi HRS. Bukan dengan menyebar foto HRS ke berbagai pelosok daerah. Untuk apa?! Jelas masyarakat sudah kenal baik wajah dan penampilan HRS, lagi pula toh HRS tak ada di Indonesia.
Disini jelas sekali tujuannya memang hanya merusak nama HRS agar ummat berkurang kepercayaannya pada HRS.

Namun sayang, kepolisian dan penguasa tidak belajar banyak dari berbagai kejadian sebelumnya. Aksi 212 misalnya, makin dihadang, makin dihalangi, justru melahirkan Aksi Simpatik longmarch, jalan kaki para santri muda dari Ciamis ke Jakarta. Aksi ini menimbulkan rasa simpati ummat Islam dan efeknya bak bola salju menstimulasi mereka yang tadinya tidak berencana ikut Aksi 212 jadi ikut. Atau belajar dari yang lebih belakangan terjadi: tebar sembako dan baju kotak-kotak habis-habisan di penghujung masa kampanye hingga masuk masa tenang, dengan harapan pemilih akan mengidentifikasikan dirinya dengan gambar paslon berbaju kotak-kotak ketika berada di TPS. Tapi apa yang didapat? Pemilih kelas menegah atas, kaum terdidik, mereka yang semula masih tergolong undecided voters, justru muak melihat aksi money politics ugal-ugalan macam itu, akhirnya… Jadilah kemenangan Anies Sandi lebih fenomenal dan lebih besar selisih suaranya.

Jadi, aparat kepolisian, penguasa, jika ingin menghabisi Habib Rizieq Shihab, mbok ya tolong cari kasus yang benar-benar berkelas. Jadi tidak malu-maluin kalau harus mengeluarkan red notice ke interpol, punya alasan kuat kalau mau mencabut paspornya, dan dampaknya ummat bisa benar-benar berpaling dari HRS.

Nah, masalahnya, dari belasan kasus yang dipakai untuk membidik HRS, adakah yang benar-benar kuat bisa menghabisi HRS?! Sementara 2018 dan 2019 makin dekat…

HasbunaLlaahu wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashiir…
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah… HRS bukan nabi apalagi Rasul. Beliau hanyalah ulama yang memilih nahi munkar sebagai jalan dakwahnya ketika banyak ulama lain lebih memilih fokus pada amar ma’ruf semata.
HRS tentu tak luput dari kesalahan, tapi 
di tengah gersangnya figur panutan, ummat Islam Indonesia sudah menunjukkan kepercayaan mereka pada Habib Rizieq Shihab.
Siapapun yang mau mendelegitimasi HRS, dia haruslah figur yang lebih layak dipercaya.

Penulis: Iramawati Oemar

HABIB RIZIEQ KEPADA MUSLIM CYBER ARMY:


"Insya Allah dalam waktu dekat saya sekeluarga akan kembali ke tanah air. Bergabung bersama anda kembali, untuk terus berjuang melawan kedholiman, kebathilan, dan menegakkan keadilan!"
INILAH PESAN SUARA HABIB RIZIEQ KEPADA MUSLIM CYBER ARMY, LANGSUNG DARI TANAH SUCI, 13 JUNI 2017:
1. Alhamdulillah, saat ini saya sekeluarga di Tanah Suci merasa sangat bahagia dan sangat gembira dengan berkumpulnya para Pejuang Islam. Teristimewanya dari kalangan Muslim Cyber Army. Jazakumullahu khairon, semoga Allah SWT memberikan ganjaran sebaik-baiknya ganjaran kepada segenap Muslim Cyber Army, yang selama ini telah ikut berjuang membela Allah. Membela Rasul, membela Islam, dan membela para Ulama.
2. Saya ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi, pengharagaan yang tinggi, kepada segenap netizen dimanapun berada, yang tergabung dalam Muslim Cyber Army atas jasa-jasa Anda. Atas besarnya kontribusi Anda selama ini dalam perjuangan menegakkan Islam di Indonesia.
3. Alhamdulillah dengan izin dan pertolongan Allah SWT, dengan kekompakan dan kebersamaan persatuan dan kesatuan, Muslim Cyber Army selama ini telah berhasil membongkar segala bentuk fitnah musuh-musuh Islam. Telah berhasil menelanjangi kebohongan musuh-musuh Islam. Sehingga saat ini musuh-musuh Islam kewalahan dan ketakutan.
4. Karena itu kepada segenap Muslim Cyber Army jangan pernah berhenti. Terus gaungkan kebenaran. Lawan segala fitnah mereka dengan kebenaran. Lawan segala kebohongan mereka dengan kebenaran..!
Lawan kebathilan dengan yang Haq. Insya Allah, Allah akan berikan kemenangan kepada kita. Sebagaimana firman Allah...
وَقُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَـٰطِلُ‌ۚ إِنَّ ٱلۡبَـٰطِلَ كَانَ زَهُوقً۬ا
Dan katakanlah:
"Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS Al-Isra: 81).
5. Jangan lupa pada keberhasilan MCA dalam menelusuri seluruh jejak digital, sehingga mengetahui identitas para penebar fitnah dan kebohongan. Alhamdulillah ini adalah anugrah dari Allah SWT.
Saya ingin pesan kpd segenap MCA. Yang pertama: Jagalah jejak digital anda! Jagalah dng sedemikian penuh ketelitian, kecermatan, dan kewaspadaan, sehingga tidak bisa ditelusuri oleh musuh2 Islam.
6. Kedua: MCA harus terus beri semangat kpd masyarakat, agar tidak emosional melakukan gerakan2 persekusi. Karena itu akan kontraproduktif. Akan jadi boomerang bagi umat Islam, sehingga akhirnya umat Islam yg akan disalahkan dan diproses hukum dng tuduhan persekusi. Padahal umat Islam punya niat yg sangat baik utk membela agama dan ulama.
Beri arahan kpd masyarakat, jika fitnah, kebohongan dan identitas mereka itu telah terbongkar, maka jadikan itu semua sebagai bukti untuk melakukan pelaporan ke kepolisian. Proses hukum mereka. SEKALI LAGI, PROSES HUKUM MEREKA!
Jangan lakukan persekusi karena nanti bisa dipersalahkan. Awasi, kontrol, dan monitor, agar polisi tidak bermain mata.
7. Kobarkan pertempuran di dunia maya, di internet, di medsos. Mereka kini menguasai televisi2 mainstream, tapi mereka kewalahan menghadapi Muslim Cyber Army.
Ingat janji Allah. Jika kamu semua memenangkan agama Allah SWT, maka Allah SWT akan memenangkan kamu sekalian, dan memperkokoh langkah perjuanganmu.
8. Muslim Cyber Army adalah anugerah Allah.
Mereka terbentuk dengan izin Allah. Tanpa pendaftaran, tanpa perekrutan, tanpa adanya kantor, tanpa di gaji. Mereka hanya mengharap ridho Allah Ta'aLa
ALLOHU AKBAR

MENGAPA INTERPOL MENOLAK PERMOHONAN POLRI?


Written by Haz Pohan
Tagged under interpol polri
SAYA menulis di akun Facebook menanggapi penolakan Interpol, badan kerjasama kepolisian internasional yang juga disebut sebagai National Central Bureau atau NCB, yang berpusat di Lyon, Perancis, dan memiliki sekretariat nasional di negara-negara yang menjadi anggota-anggotanya atas permohonan “Red Notice” untuk penangkapan (arrest warrant) terhadap seorang WNI yang berada di luar negeri.
Hari ini (16/6) beredar kabar, karena permohonan ‘Red Notice” ditolak maka Polri mengganti permohonan ini menjadi “Blue Notice”. Bila berita ini benar, maka kemasygulan, kesedihan, rasa-malu saya sebagai WNI atas tindakan ‘amateurism’ lembaga penegak hukum semakin bertambah.
Sebelum kita masuk ke substansi, saya ingin memberi penjelasan pengantar dulu. Di dalam artikel yang menjadi viral sebelumnya berjudul “Amateurism”, saya mengenalkan diri sebagai orang yang sedikit mengenal apa itu “Interpol/NCB”. Beruntung, dalam perjalanan karir di pemerintahan saya berhubungan dengan kelembagaan Interpol, baik dalam kapasitas saya menjadi Ketua Delegasi RI dalam berbagai perundingan kerjasama penanggulangan terorisme dan kejahatan-terorganisir, maupun ketika bertugas di PBB New York, di mana Interpol/NCB setiap tahunnya melaporkan kegiatannya ke PBB, sebagai tanggung-jawab pelaksanaan mandatnya secara transparan.
Tentu saja, dalam pekerjaan di pemerintahan ini saya juga erat berhubungan dan bekerjasama dengan Polri, termasuk yang ditugaskan di Sekretariat Nasional Interpol/NCB yang berada di Markas Besar Polri. Transparansi organisasi-organisasi internasional — PBB dan berbagai organ-organ yang berada di bawahnya atau berafiliasi maupun dibentuk berdasarkan resolusi PBB—menjadi ulasan kedua nanti.
Interpol/NCB mengeluarkan berbagai ‘notice’ atau pemberitahuan kepada dunia mengenai status kriminal seseorang — baik yang masih hidup maupun sudah mati — dalam berbagai tingkatan dan jenis, namun tanpa mengubah jenis kejahatan apa saja yang menjadi yurisdiksi lembaga penegak hukum. ‘Interpol Notice’ adalah pemberitahuan internasional yang dikeluarkan oleh Interpol tentang informasi mengenai kejahatan, penjahat dan ancaman yang dikeluarkan oleh anggota-negara kepada mitranya di seluruh dunia. Informasi yang disebarkan ke seluruh dunia melalui jaringan Interpol (juga melalui website) mengenai orang-orang yang dicari karena kejahatan serius, orang yang hilang, jasad yang tak-terindikasi, kemungkinan ancaman, pelarian dari penjara dan kriminal dan rencana kejahatan.
Untuk memperjelas berbagai kejahatan dalam tingkatan dan jenis yang dengan mudah dipahami, Interpol mengeluarkan identifikasi dalam warna berbeda-beda: merah, biru, hijau, kuning, hitam, oranye dan ungu. Yang paling populer tentu saja yang berwarna merah, atau “Red Notice”, seperti yang dimohonkan oleh Polri kepada Interpol baru-baru ini. Sebagai tambahan, atas permintaan Dewan Keamanan PBB, Interpol yang disebut ‘special Notice’.
“Notice” dterbitkan oleh Interpol sendiri atau atas permintaan negara-negara anggota NCB, atau atas permintaan khusus PBB atau Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Penerbitan status ‘notice’ ini dimuat di website, atas permintaan. “Notice” ini diterbitkan atas kondisi hukum dan memenuhi prosedur.
Sesuai Konstitusi Interpol, terlarang menerbitkan ‘notice’ dari kegiatan bersifat politis, militer, keagamaan, atau berkarakter rasial. Untuk itu, Interpol berhak menolak penerbitan ‘notice’ yang dipandang kontroversial atau bisa menimbulkan risiko bermasalah di kemudian hari. Menjadi pertanyaan kita apakah pencarian WNI karena perbuatan pidana —semisal memang memenuhi unsur-unsur KUHP/KUHAP— qualifieddalam kategori ini?
Dari ‘Red’ menjadi ‘Blue’ apa masih ada warna-warna lain, dan apa makna ragam warna yang digunakan Interpol untuk penerbitan ‘notice’?
Warna merah (Red Notice), berarti mencari lokasi dan penangkatan terhadap seorang yang dicari-cari dalam yurisdiksi hukum atau peradilan internasional untuk diekstradisikan ke negara tersebut.
Warna biru (Blue Notice), berarti mencari, mengidentifikasi atau memperoleh informasi tentang orang-orang yang dicari dalam investigasi kriminal.
Warna hijau (Green Notice), berarti mempepringatkan tentang kegiatan kriminal seseroang, jika dia digolongkan sebagai ancaman yang dapat membahayakan keselamatan publik.
Warna kuning (Yellow Notice), berarti mencari orang yang hilang atau mengidentifikasi seseorang yang tidak mampu mengenal dirinya sendiri.
Warna hitam (Black Notice), berarti mencari informasi tentang penemuan jasad tubuh manusia yang tidak teridentifikasi.
Warna oranye (Orange Notice), berarti memperingatkan suatu kejadian, individu, atau obyek yang dipandang menjadi ancaman dan bahaya bagi orang-orang atau suatu properti.
Warna ungu (Purple Notice), berarti informasi tentang suatu rencana, prosedur, obyek, peralatan atau tempat sembunyi yang digunakan oleh penjahat.
Terakhir warna biru PBB (UN Special Notice) berarti menginformasikan kepada seluruh anggota Interpol tentang seseorang atau entitas yang terkena sanksi PBB.
Jadi, jika permohonan ‘Blue Notice” diajukan Polri sebagai ganti dari penolakan “Red Notice” untuk mencari, mengidentifikasi atau memperoleh informasi tentang WNI yang dicari dalam investigasi kriminal dengan harapan akan dipenuhi Interpol maka Indonesia keliru. Masalah ini diluar karakter kasus-kasus yang ditangani Interpol. Jelas itu.
Di dalam artikel saya di Facebook, saya menjelaskan tentang yurisdiksi hukum terhadap berbagai kejahatan yang ditangani oleh Interpol. Yang ecek-ecek dan remeh-temeh tentu ditolak. Ditolak atau diterima tidak ditentukan oleh subyektifitas, tetapi dalam Konstitusi Interpol sendiri, yang dengan tegas menyebutkan bahwa yang menjadi yurisdiksi dan kompetensi Interpol adalah jenis-jenis kejahatan bersifat terrorism, crimes against humanity, environmental crime, genocide, war crimes, organized crime, piracy, illicit traffic in works of art, illicit drug production, drug trafficking, weapons smuggling, human trafficking, money laundering, child pornography, white-collar crime, computer crime, intellectual property crime, and corruption. [atau terorisme, kejahatan kemanusiaan, kejahatan lingkungan, genosida, kejahatan perang, kejahatan terorganisir, bajak laut, perdagangan tidak-sah karya seni, produksi gelap narkotik, perdagangan gelap narkoba, penyelundupan senjata, penyelundupan manusia, pencucian uang, pornografi anak, kejahatan perbankan, kejahatan komputer, kejahatan dalam hak intelektual, dan korupsi].
Di luar kategori kejahatan ini, teman-teman di PBB bilang “non-starter”, alias akan ditolak begitu diajukan. Jelas.
Apakah private-chatting antar-manusia termasuk dalam yurisdiksi Interpol? Tentu saja tidak, meskipun yang memintakan ‘Notice’ itu Dewan Keamanan PBB. Kenapa? Karena karakter aktifitas chatting tidak termasuk dalam yurisdiksi Interpol. Pure and simple!
Tentu saja, setelah menerima pengaduan maka Interpol akan memroses kasus yang diajukan. Apabila cacat prosedural (seperti terbukti bertentangan dengan KUHAP dalam konteks alat bukti tidak-sah, maka ini mempermalukan kita.
Mengapa Interpol tidak mau bertoleransi sedikit dan menghargai request Interpol/NCB Indonesia? Pertama, ini bukan pekerjaan main-main, Bung. Interpol yang setiap tahunnya menangani pencarian ribuan kasus pencarian orang bukan kurang kerjaan untuk menampung-nampung monitoring aktifitas pribadi manusia yang bahkan bisa dikualifikasi suatu kejahatan, dalam konteks mengganggu privasi dan kebebasan manusia (freedom of individual and civil liberties) yang menjadi masalah besar di negara-negara maju. Kita faham atas sensitivitas masyarakat Barat terhadap isu ‘individual or civil liberties’ yang tidak ada toleransi.
Kedua, sebagai organisasi internasional yang bertanggung-jawab kepada PBB dan negara-negara anggota Interpol harus menjaga netralitas sebaik mungkin, dan karena itu terlarang melakukan intervensi pada kasus-kasus pengaduan menyangkut kegiatan-kegiatan politik, militer, agama, berunsur rasial atau melibatkan diri sendiri di dalam sengketa perihal ini. Dalam pelaksanaan tugasnya, Interpol wajib menjaga dan bertanggungjawab secara prosedural karena menyangkut transparansi dalam penyelenggaraan mandat.
Ini bukan soal enteng. Negara anggota berhak menggugat pejabat-pejabat di organisasi internasional yang bujetnya dibayar dengan iuran negara-anggota apabila suatu organisasi internasional seperti Interpol tidak secara ketat berpegang pada Konstitusi dan semua prosedur yang telah ditetapkan sebagai ketentuan mengikat.
Dalam artikel saya di Facebook, keberatan saya berkaitan dengan citra Indonesia yang kian buruk dengan insiden ini. Citra positif yang dibangun Indonesia melalui diplomasi bahwa “Indonesia adalah negeri di mana Islam, demokrasi, dan pembangunan berjalan bergandengan-tangan” menjadi hancur lebur tidak saja di Islamic World tetapi di tingkat dunia, karena masalah ini menyangkut seorang ulama Islam, di samping cacat prosedural (KUHAP) tadi.
Citra sebagai negeri demokrasi terbesar ketiga pun akan dipertanyakan dunia. Citra sebagai negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia pun telah tergadai. Citra sebagai negara hukum apalagi. Citra sebagai negeri yang berniat membangun negeri dalam asas ‘good governance’ pun akan sirna.
Bahwa negara melindungi segenap rakyat Indonesia dan perlindungan WNI sepenuhnya di luar negeri sebagai salah satu prioritas politik luar negeri sekarang pun akan diragukan rakyat. Rakyat —terutama TKI, TKW—akan mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam memberikan perlindungan terbaik kepada mereka.
Apakah pengajuan kembali “Blue Notice” tidak akan berujung pada penolakan Interpol kembali? Terus mau ke mana negeri ini dibawa?
Apakah kita membiarkan citra negeri indah ini hancur-lebur karena penanganan masalah-masalah menyangkut hubungan internasional yang amatiran dan asal-asalan? Begitukah cara kerja dengan asas profesionalisme yang ingin kita bangun? Dalam artikel terdahulu saya bertanya apakah kita membiarkan citra Indonesia sudah menjadi Korea Utara? Apakah kita membiarkan masalah ini menjadi kampanye orang-orang dan LSM atau organisasi advokasi yang memang kerjanya menjelek-jelekkan nama baik Indonesia? Apakah kita sudi, negeri ini dianggap internasional sebagai Gulag yang dikutuk oleh Dr. Zhivago di zaman kebengisan tsar Rusia sebelum kemenangan rejim komunis Bolshevik Rusia di tahun 1917? Atau Indonesia digambarkan seperti karya George Orwell “1984” di mana rejim otoriter memata-matai rakyatnya yang tinggal di ‘animal farm’ dan ‘big brother is watching’ seperti yang kita alami di masa-masa lampau?
Yang paling berat adalah kehilangan kepercayaan rakyat yang sangat mahal ongkosnya. Dan, banyak pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan kepada pemerintah karena kejadian ini malah mempermalukan diri sendiri dan menjatuhkan nama baik Indonesia dalam pergaulan bangsa-bangsa terhormat


Sabtu, 10 Juni 2017

FAKTA SEJARAH












FAKTA SEJARAH MENCENGANGKAN YG DIBELOKKAN ORIENTALIS DN BELUM BANYAK DIKETAHUI UMAT ISLAM : 👇
👉Ketika penjajah Belanda awal datang, Nusantara telah menjadi bagian dari kekhilafahan dunia yg beribukota di Turki Utsmani. Khilafah pusat di Turki mengirim armada kapal, meriam, senjata, dsb untuk membantu nusantara melawan Penjajah kafir belanda dan portugis.
👉Begitu penjajah menguasai nusantara maka sistim khalifah, kesultanan, dan kerajaan islam digenocida (dibantai habis) oleh Penjajah. Kerajaan islam di nusantara telah menerapkan sistim khilafah. Penjajah berperan dalam menghilangkan sistim khalifah, tulisan/ukiran qur'ani dan undang-undang Tuhan lalu di ganti dengan hukum-hukum ciptaan penjajah.
👉Saya ulangi, penjajah lalu menerapkan hukum hukum penjajah menggantikan kekhalifahan. Khalifah bukan hal baru di nusantara ini. Ingin kembali ke khalifah juga bermakna ingin kembali ke uu asli nusantara yang telah dihancurkan penjajah.
👉 Indonesia telah merdeka, lalu kenapa masih memakai hukum produk penjajah. Mendagri, polri, bin, presiden, ahli sejarah dan cendekiawan harus membuat seminar terbuka tentang sejarah khilafah di nusantara dan dunia yang sengaja dihapus dan ditutup tutupi hingga saat ini oleh sistim dajjalis global di dunia.
👉Terbukti sejarah khilafah tak pernah dibahas di bangku perkuliahan sejarah di negara sekuler mana pun padahal khilafah berperan besar bagi pengaruh peradaban dunia dan pernah ada di hampir ⅔ seluruh dunia. Karena umat dajjal tidak mau umat Tuhan bangun kembali dari tidur panjangnya, dll, untuk bangkit dari slavery of sistim dajjalis global.
(Ini rangkuman bahasan DR. Haikal Hassan tentang Peradaban Islam di Indonesia) :
👉FAKTA SEJARAH YG DIBELOKKAN OLEH BELANDA, DLL*
👉*SEJARAH ISLAM PERTAMA KALI MASUK KE INDONESIA, YG BELUM DIKETAHUI OLEH UMAT ISLAM* :
👉Rekam Jejak Dakwah Para Shahabat Rasulullah di Indonesia
👉Adakah diantara kalian yg pernah membaca buku sejarah bahwa Sahabat Nabi Ali bin Abi Talib pernah ke Jepara Indonesia?
===
👉💎 *Islam masuk ke indonesia pada kekhalifahan Generasi Terbaik (Khulafaur Rasyidin)* 💎
*Islam PERTAMA kali masuk ke indonesia BUKAN melalui ekonomi Gujarat, dsb*.
*Allah menegaskan tentang wilayah dakwah rasulullah :* :
وَماَ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ -
🌿 *"dan Kami tidak mengutus engkau (rasulullah) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh semesta (seluruh dunia)". (Al-Anbiya:107)*
👉 *Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 M. [1]*
👉 *Ja'far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia,sekitar tahun 626 M. [2]*
👉 *Ubay bin Ka'ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. Sekitar tahun 626 M. [3]*
👉 *Abdullah bin Mas'ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah sekitar tahun 626 M. [4]*
👉 *'Abdurrahman bin Mu'adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma'il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara sekitar tahun 625 M. [5]*
👉 *Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah sekitar tahun 623 M. [6]*
👉 *Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah sekitar tahun 626 M. [7]*
*"keterangan: ( [1] s/d[7] bisa dilihat dibawah, di footnote)"*
Seperti yg kita ketahui sebelumnya *_di pelajari di sekolah bahwa islam datang melalui pedagang gujarat india_*. *Padahal bukan seperti itu, itu adalah Teori Para Orientalis Penjajah,*
Ini cara para orientalis, yang *disebarkan oleh orientalis terkemuka Belanda, yg pertama kali bernama "J. Pijnapel" lalu "Snouck Hurgronje" yg notebene "ingin menghancurkan Islam" untuk menutupi sejarah bahwa Indonesia adalah bagian pada kekhilafahan Utsman bin affan*.
*_Oleh karena itu Indonesia patut diperhitungkan_*.
📝*_Demi mencapai tujuannya itu, ia mempelajari bahasa Arab, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya_
🔎 *Sebuah artefak ditemukan* bahwa saat itu di indonesia tepatnya dipulau jawa yaitu *KALINGGA, Jepara.*
*Pada tahun 640-650 M ada sebuah kerajaan yg ratunya adil bernama RATU SIMA dan anaknya bernama RATU JAYISIMA.*
🌟Ketika itu ada seorang dari tanah arab yg diutus *pada masa Utsman bin Affan dari BANI UMAYYAH. Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama (Muawiyah bin Abu Sofyan) setelah masa Khulafar Rasyidin.*
*Lalu singgah di Kalingga-Jepara, kemudian Ratu Sima dan Putrinya masuk islam dan memerintah dari tahun 646-650 M, dan islam belum berkembang saat itu, lalu ditandai adanya surat-menyurat atau korespondesi antara Ratu Sima pada masa Bani Umayyah untuk di datangkan guru-guru untuk berdakwah.*
*Surat-surat mereka sekarang tersimpan di MUSEUM GRANADA, SPANYOL.* Indonesia adalah salah satu *sasaran atau tujuan sahabat-sahabat nabi untuk berdakwah.*
Setelah masa kekhalifahan Utsman Bin Affan, lalu Ali bin Abu Thalib & kemudian *di gantikan oleh tabi'in UMAR BIN ABDUL AZIZ yg memerintah pada tahun 711 M*.
Pada 7 tahun kemudian *tepatnya 718 M, Khalifah UMAR BIN ABDUL AZIZ & anaknya ABDUL MALIK telah menginjakan kaki di Palembang - Sumatra Selatan*.
Pada waktu itu *Palembang dipimpin oleh seorang Raja Sriwijaya yg bernama RAJA SRINDRA VARMA.*
*Ternyata dakwah Umar bin Abdul Aziz membuat Raja tertarik lalu masuk islam.*
📌Terbukti *di makamnya tertuliskan kalimat Lailla hailallah Muhammad Rasulullah*.
Lalu di tandai juga ada *surat-menyurat (korespondensi) antara Raja Srindra Varma dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz* yg juga untuk meminta didatangkannya para guru untuk berdakwah. *Yg kini surat-suratnya di simpan di Museum Oxford, inggris.*
*Setelah Rasulullah ﷺ wafat, sahabat-sahabat nabi menyebar keseluruh penjuru dunia untuk berdakwah profesi mereka yg utama pada waktu itu.*
*Benarlah akan nubuwah Rasulullah ﷺ bersabda:*
*"Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun khalifah kalian adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah.*
*Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku*.
*"Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian perkara baru yang diada-adakan..📃 *_(HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Dzahabi, Hakim, Shahih Al jami’ no.2549)_*
*Sejak 633 M* *Rasulullah ﷺ wafat*
*_(maka khulafaur Rasyidin yg memimpin)_*
*~Thn 634 M kekhalifahan Abu Bakar = 2 thn*
*~Thn 644 M kekhalifahan Umar Bin Khattab = 10 thn*
*~Thn 657 M kekhalifahan Utsman Bin Affan = 13 thn*
*~Thn 661 M kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib = 5 thn.*
*_Jadi totalnya adalah selama 30 thn._*
*Inilah 30 tahun masa khilafah ala manhaj nubuwwah, seperti disebutkan oleh Nabi shallalahu alaihi wa sallam*.
🌟 itulah salahsatu mukjizat sabda rasulullah yang menjadi nyata
*Dengan mendalami atau memahami sejarah maka Aqidah kita akan lurus yg dibarengi dengan akhlak mulia yg tercermin dengan adanya rasa prihatin kita dengan keadaan umat.*

*Perlu diketahui:*
Bilal Bin Rabbah tidak dimakamkan di Saudi Arabia melainkan di Damaskus (Syiria).
Sa'ad Bin Abi Waqas tidak dimakamkan di madinah atau mekkah melainkan di Guang Zsu (Cina).
Abu Kasbah berdakwah dan dimakamkan di Tiongkok (Cina).
~~~~~~~~~~☆~~~~~~~
*🔹Footnote:*
[1] Sumber: H. Zainal Abidin Ahmad, Ilmu p. Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39)
[2] Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.33)
[3] Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35
[4] Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay archipelago
[5] Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38
[6] Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929; T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968.
[7] Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39.
🔘 Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh (Syekh Mufti Kesultanan Palembang Darussalam)
🔘 Prof. Dr. HAMKA; Dari Perbendaharaan Lama; Pustaka Panjimas; cet. III; Jakarta; 1996;Hal.4-5.
🔘 Ustadz DR. Haikal Hassan
BAHASAN LANJUTAN
kita perlu tahu bahwa peninggalan Khilafah Utsmaniy di Indonesia masih banyak sekali hingga sekarang. Ada beberapa contoh, silahkan diperhatikan.
1. Jika ada yang mengatakan bentuk kubah masjid di Indonesia adalah dari bentuk stupa candi, itu salah besar karena bentuk kubah yang kita lihat adalah hasil dari arsitek-arsitek muslim di era Khilafah Utsmaniyah. Lihat buktinya, hampir seluruh dunia, memiliki bentuk kubah yang sama, termasuk menara.
2. Ketika kita memasuki masjid atau mushala, bahkan dari luar terkadang terlihat sekali, ada banyak simbol bulan dan bintang. Ada yang tahu itu simbol apa? Sebagian mengatakan itu simbol Islam. Pertanyaannya: kalau memang itu simbol Islam, kenapa Rosul dan Sahabat TIDAK pernah menggunakannya?
Jawaban yang benar adalah itu BUKAN simbol islam melainkan simbol kejayaan dan kesejahteraan dari Khilafah Era Turkiy Utsmaniy. Banyak dari kita sering melihat, memasang mungkin juga membuat simbol itu tetapi banyak pula yang tidak mengerti asalnya. (Lihat foto artikel ini)
3. Gelar Sulthan. Sebelumnya, di Indonesia terdiri dari beberapa kerajaan. Mereka dipimpin oleh seorang Raja. Begitu Raja-Raja ini masuk Islam mereka berganti nama dengan Sulthan, yang artinya penguasa (wilayah tertentu). Kenapa mereka diberi gelar Sulthon, bukan Malik yang berarti Raja? Itu karena mereka hanya menguasai wilayah islam sebagian kecil di daerah mereka berkuasa. Mereka masih berada di bawah wali makkah atau disebut juga syarif makkah
Wali makkah adalah bagian dari Negeri Khilafah. Mereka ditunjuk dan diberhentikan oleh Khalifah. Jadi Sulthon berada dibawah Wali dan Wali berada dibawah Khalifah.
Maka, jika diteliti sejarahnya, setiap Sulthan yang masih hidup hingga sekarang, mereka memiliki kewajiban untuk menerapkan Syariat Islam secara Kaffah sebagai mana Sulthan sebelum mereka. Untuk sementara, hanya Sulthan Brunei Dar Assalam (negeri sebelah) yang berani beritikad baik untuk menerapkan Syariat Islam (walau belum sepenuhnya).
Untuk mengungkap kebenaran sejarah Islam Nusantara yang berkaitan dengan Khilafah Utsmaniy saat ini, memang sangat susah. Terlebih untuk mendapatkan bukti otentik bahwa benar adanya Nusantara ini adalah bagian dari wilayah ke Kekhilafahan Islam. Sangat susah menemukan buku-buku sejarah mengungkap hal ini seolah-olah sengaja menghilangkan fakta ini. Tapi sejarah yang benar pasti akan terungkap.
Banyak bukti otentik yang dapat membuktikan hal tersebut. Bukti ini diantaranya berupa surat resmi dari Sultan Aceh Alauddin Mahmud Syah kepada Khalifah Abdul Aziz dari ke-khalifahan Turki Usmani.
Petikan isi surat tersebut bisa dikutip dari Seri Informasi Aceh th.VI No.5 berjudul Surat-surat Lepas Yang Berhubungan Dengan Politik Luar Negeri Kesultanan Aceh Menjelang Perang Belanda di Aceh diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi Dan Informasi Aceh tahun 1982 berdasarkan buku referensi dari A. Reid, ”Indonesian Diplomacy a Documentary Study of Atjehnese Foreign Policy in The Reign of Sultan Mahmud 1870-1874”, JMBRAS, vol.42, Pt.1, No.215, hal 80-81 (Terjemahan : R. Azwad).
Poin-poin penting isi surat tsb sebagai berikut :
• Wilayah Aceh secara resmi menjadi bagian dari ke-Khalifahan Usmani sejak pemerintahan Sultan Salim (Khalifah Turki Usmani yang sangat ditakuti dan disegani sehingga digelas ”sang Penakluk” oleh Eropah abad 15 M.
• Pengakuan penguasa semua negeri-negeri kaum Muslimin bahwa Turki Usmani adalah penguasa tunggal dunia Islam.
• Adanya perlindungan dan bantuan militer dari Turki Usmani terhadap Aceh di laut dan di darat. Hal ini wajar karena fungsi Khalifah adalah laksana perisai pelindung ummat di setiap wilayah Islam.
• Hukum yang berlaku di Aceh adalah hukum yang sama dilaksanakan di Turki Usmani yaitu hukum Islam.
Dari isi surat dapat disimpulkan bahwa kesultanan Aceh di Sumatera adalah bagian resmi wilayah kekuasaan ke khalifahan Islam Turki Usmani tidak terbantahkan lagi. Hal sama juga berlaku untuk daerah-daerah lain di Nusantara dimana kesultanan Islam berdiri.
BANTUAN MILITER
Khilafah Usmani di Turki tidak berdiam diri ketika diminta untuk membantu Aceh. Pada tahun 925H/1519 M, Portugis di Malaka digemparkan oleh berita tentang pengiriman armada Usmani untuk membebaskan Muslim Melaka dari penjajahan kafir. Kabar itu tentu menggembirakan umat Islam setempat.
Ketika Sultan Alaidin Riayat Syah II Al-Qahhar naik tahta di Aceh pada tahun 943 H/1537 M, menurutnya Aceh perlu meminta bantuan bala tentara dari Turki. Selain untuk mengusir Portugis di Melaka, juga untuk menakluk wilayah lain, khususnya daerah pedalaman Sumatera, seperti daerah Batak.
Al-Qahhar menggunakan pasukan Turki, Arab dan Habsyah. Dengan pasukan Khilafah Usmani 160 orang dan 200 pasukan dari Malabar, membentuk kelompok elit angkatan bersenjata Aceh. Al-Qahhar selanjutnya mengerahkan pasukan itu menakluk Batak di pedalaman Sumatera pada 946 H/1539 M.
Dalam indoforum.org yang ditulis oleh sumber anonim disebutkan, seorang sejarawan Universiti Kebangsaan Malaysia, Lukman Taib, mengakui adanya bantuan Khilafah Usmani dalam penaklukan wilayah sekitar Aceh.
Menurut Taib, perihal itu merupakan bukti perpaduan umat Islam yang memungkinkan Khilafah Usmani menyerang langsung wilayah sekitar Aceh. Bahkan, Khilafah mendirikan akademi tentara di Aceh: Askeri Beytul Mukaddes yang diubah menjadi ‘Pasukan Baitul Maqdis’, sehingga lebih sesuai dengan logat Aceh.
Pembentukan ketentaraan itu merupakan bukti “mencetak” pahlawan dalam sejarah Aceh dan Indonesia. Dari itu, hubungan Aceh dengan Khilafah Usmani sangat akrab. Aceh jadi bagian dari wilayah Khilafah. Persoalan umat Islam Aceh dianggap Khilafah sebagai persoalan dalam negeri yang mesti segera diselesaikan.
Nuruddin Ar-Raniry dalam Bustanul Salatin menulis, Sultan Alaidin Riayat Syah Al-Qahhar mengirim utusan ke Istanbul untuk menghadapi Khalifah. Utusan itu bernama Huseyn Effendi. Ia fasih berbahasa Arab. Ia datang ke Turki setelah menunaikan ibadah haji.
Pada Juni 1562 M, utusan Aceh itu tiba di Istanbul untuk meminta bantuan ketentaraan Usmani untuk menghadapi Portugis. Duta itu dapat mengelak dari serangan Portugis dan sampai di Istanbul. Ia mendapat bantuan Khilafah dan menolong Aceh membangkitkan pasukannya sehingga dapat menakluk Aru dan Johor pada 973 H/1564 M.
Hubungan Aceh dengan Khilafah terus berlanjut, terutama untuk menjaga keamanan Aceh dari serangan Portugis. Pengganti Al-Qahhar II, yaitu Sultan Mansyur Syah (985-998 H/1577-1588 M) kemudian memperbaharui hubungan politik dan ketenteraan dengan Khilafah Usmani.
Hal itu diperkuat oleh sumber sejarah Portugis. Uskup Jorge de Lemos, kepercayaan Raja Muda Portugis di Goa, pada tahun 993 H/1585 M, melaporkan kepada Lisbon bahwa Aceh telah kembali berhubungan dengan Khalifah Usmani untuk mendapatkan bantuan ketentaraan. Bantuan itu untuk melancarkan peperangan baru terhadap Portugis.
Pemerintah Aceh berikutnya, Sultan Alaidin Riayat Syah (988-1013 H/1588-1604 M) juga dilaporkan telah melanjutkan lagi hubungan politik dengan Turki. Bahkan, Khilafah Usmani telah mengirim sebuah bintang kehormatan kepada Sultan Aceh dan mengizinkan kapal-kapal Aceh untuk mengibarkan bendera Khilafah.
Hubungan akrab antara Aceh dan Khilafah Usmani telah berperanan mempertahankan kemerdekaannya selama lebih 300 tahun. Kapal-kapal atau perahu yang digunakan Aceh dalam setiap peperangan terdiri dari kapal kecil dan kapal-kapal besar. Kapal-kapal besar atau tongkang yang mengarungi lautan hingga Jeddah berasal dari Turki, India, dan Gujarat. Dua daerah ini merupakan wilayah Khilafah Usmani.
Kapal-kapal besar dari Turki itu dilengkapi meriam dan senjata lain yang digunakan Aceh untuk menyerang penjajah Eropa yang mengganggu wilayah-wilayah muslim di Nusantara. Aceh tampil sebagai kekuatan besar yang amat ditakuti Portugis, karena diperkuat perlengkapan senjata dari Turki.
Bukti kejayaan Khilafah Usmani menghalang Portugis di Lautan Hindi tersebut amat besar. Di antaranya mampu mempertahankan tempat-tempat suci dan jalan-jalan untuk menunaikan haji; kesinambungan pertukaran barang-barang India dengan pedagang Eropa di Pasar Aleppo (Syria), Kaherah, dan Istanbul; serta kesinambungan laluan perdagangan antara India dan Indonesia dengan Timur Jauh melalui Teluk Arab dan Laut Merah.
Hubungan beberapa kesultanan di Nusantara dengan Khilafah Usmani yang berpusat di Turki tampak jelas. Misalnya, Islam masuk Buton (Sulawesi Selatan) abad 16 M. Silsilah Raja-Raja Buton menunjukkan bahawa setelah masuk Islam, Lakilaponto dilantik menjadi ‘sultan’ dengan gelar Qaim ad-Din (penegak agama) yang dilantik oleh Syekh Abd al-Wahid dari Mekah.
Sejak itu, dia dikenali sebagai Sultan Marhum dan semenjak itu juga nama sultan disebut dalam khutbah Jumat. Menurut sumber setempat, penggunaan gelaran ‘sultan’ ini berlaku setelah dipersetujui Khilafah Usmani (ada juga yang mengatakan dari penguasa Mekah).
Syeikh Wahid mengirim kabar kepada Khalifah di Turki. Realitas itu menunjukkan Mekah berada dalam kepemimpinan Khilafah, dan Buton memiliki hubungan ‘struktur’ secara tidak kuat dengan Khilafah Turki Usmani melalui perantaraan Syekh Wahid dari Mekah.
Sementara itu, di wilayah Sumatera Barat, Pemerintah Alam Minangkabau yang memanggil dirinya sebagai “Aour Allum Maharaja Diraja” dipercayai adalah adik lelaki sultan Ruhum (Rum). Orang Minangkabau percaya bahwa pemerintah pertama mereka adalah keturunan Khalifah Rum (Usmani) yang ditugaskan untuk menjadi Syarif di wilayah tersebut. Ini memberikan maklumat bahwa kesultanan tersebut memiliki hubungan dengan Khilafah Usmani.
Di samping adanya hubungan langsung dengan Khilafah Usmani, ada beberapa kesultanan yang berhubungan secara tidak langsung, misalnya Kesultanan Ternate. Pada tahun 1570an, ketika perang Soya-soya melawan Portugis, Sultan Ternate, Baabullah, dibantu Nusa Tenggara yang terkenal dengan armada perahu dan Demak dengan pasukan Jawa.
Begitu juga Aceh dengan armada laut yang perkasa dan kekuatan 30.000 buah kapal perang telah menyekat pelabuhan Sumatera dan menyekat pengiriman bahan makanan dan peluru Portugis melalui India dan Selat Melaka.
Berdasarkan beberapa cerita di atas, jelas bahwa kesultanan Islam di Nusantara memiliki hubungan dengan Khilafah Usmani. Bentuk hubungan tersebut berbentuk perdagangan, ketenteraan, politik, dakwah, dan kekuasaan.(indoforum.org)
Masih banyak fakta-fakta lain yang seakan ‘dikubur’ oleh Penjajah untuk melupakan kaum Muslim Indonesia dari sejarah yang benar. Namun, Allah Dzat Yang Maha Menyembunyikan, tidak akan mengubur kebenaran, karena Cahaya Khilafah di ufuk sudah semakin terang.
WALISONGO ITU UTUSAN KHILAFAH SETELAH SAHABAT
Ini wawancara wartawan Media Umat Joko Prasetyo dengan Juru Bicara Hizb Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya:
Bagaimana peran khilafah dalam penyebaran Islam di Indonesia?
Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Syam yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Syam.
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Syam. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
Dari para wali itu juga selain dari para sahabat, kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.
Apakah khilafah perlu ditegakkan lagi dalam kondisi kekinian?
Iya, harus. Kita tahu, sejak runtuhnya khilafah Islam oleh konspirasi illuminati (perang dunia I dan II) pada 3 Maret 1924, 92 tahun lalu, umat Islam kehilangan institusi pemersatu umat dan pelaksana dakwah. Wilayah dunia Islam yang semula sangat luas kemudian dikerat-kerat oleh sistim dajjalis menjadi negara kecil-kecil yang berdiri atas nama nasionalisme. Harkat martabat umat dilecehkan, darah umat ditumpahkan, dan pemikiran umat disimpangkan.
Pendek kata, tanpa khilafah, umat mengalami keterpurukan yang luar biasa, yang tidak pernah terjadi sebelumnya sebagaimana yang terjadi di Syam, Filipina, Myanmar, dan belahan bumi lainnya. Benarlah, ketika para ulama menyebut tiadanya khilafah itu sebagai ummul jarâim atau pangkal timbulnya aneka penderitaan, keburukan, kemelaratan, ketidakadilan, kejahatan, dsb.
Maka, menegakkan khilafah merupakan kewajiban besar bagi seluruh umat untuk tegakknya kembali kemuliaan. Para ulama menyebut khilafah sebagai min a’zhami l-wajibaat (diantara sebesar-besarnya kewajiban). Oleh karena itu, wajib pula bagi kita semua untuk mengerahkan segenap daya dan upaya guna mewujudkan cita-cita mulia ini. Inilah al-qadhiyyatul Muslimin al-mashîriyyah, atau persoalan utama umat di seluruh dunia yang sesungguhnya.
Bagaimana metode penegakan kembali khilafah yang sesuai dengan contoh rasul?
Ringkasnya, penegakan kembali khilafah sesuai yang dicontohkan rasul diawali dengan kegiatan pembinaan dan pengkaderan. Ini tahap pertama, yang disebut marhalah tatsqif wa takwin.
Selanjutnya tahap interaksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah) dan perjuangan siasah (kifahus-siyasi) melalu usaha pembentukan opini dan kesadaran umat yang dilakukan secara langsung melalui seminar, diskusi, tabligh akbr, dan lainnya, ataupun secara tidak langsung melalui media cetak, elektronik maupun online, serta usaha diraihnya support tokoh yang prihatin umat dari kalangan ahlul quwwah melalui kontak dan pendekatan intensif hingga tercapai tahap istilamul hukmi. (mediaumat.com, 29/8/2014)
Dan berdasarkan pada ijma seluruh ulama utama semua madzhab, khilafah itu wajib, yang berdasar pada dalil kitab dan jalan para utusan Tuhan