Kamis, 18 Mei 2017

Berfikirnya Para Durjana

Faktanya ada kesalahpahaman dasar di sini. Sesungguhnya kehadiran umat Islam dalam Aksi Bela Islam bukan semata karena ketokohan HRS. Tapi adanya panggilan iman yang luar biasa dari para umat Islam yang dengan bangga menyebut dirinya Alumni 212. Massa ini tidak pernah menyebut dirinya sebagai Pasukan HRS atau Laskar FPI atau Pejuang GNPF, mereka menyatakan diri sebagai Alumni 212.
Upaya kriminalisasi atas HRS, Ustadz Bachtiar Nasir, Ustadz Adnin Armas dan lain-lain, tak lebih dari upaya demoralisasi. Upaya untuk menghancurkan tokoh-tokoh yang didengar oleh Umat Islam atau Alumni 212. Arahan para tokoh ini begitu didengar umat. Diminta bergerak ke Jakarta patuh, diminta demo dengan tertib patuh, diminta jaga kebersihan patuh, disuruh bubar patuh. Kepatuhan ini begitu mengerikan di mata berbagai pihak.
Intinya apa? Semua pihak yang mendukung upaya melumpuhkan kekuatan Umat Islam dalam Aksi Bela Islam sangat khawatir jika keberadaan mereka akan segera tersingkirkan, jika gerakan moral ini tidak bisa dihancurkan atau dipecahbelah. Mereka coba bersiasat dengan memutarbalik fakta dengan mengatakan silent majority tidak suka dengan gerakan moral ini. Padahal faktanya mereka tahu persis justru silent majority sangat mendukung gerakan moral ini. Pilkada Jakarta sudah menjadi fakta tentang kemana sikap silent majority.
Mereka khawatir jika bukan hanya di Jakarta saja dukungan 58% itu, tapi di seluruh Indonesia! Jika 58% rakyat Indonesia atau lebih, mendukung gerakan moral ala 212, maka dapat dipastikan kedurjanaan akan segera sirna di negara ini. Inilah yang sedang didemoralisasi oleh berbagai kepentingan. Agar Umat Islam Indonesia jangan kembali ke ajaran Quran dan Sunnah seutuhnya. Getaran iman mereka begitu mencemaskan para durjana.
Tudingan radikalisme adalah tudingan mengada-ada. Tidak ada satu pihak atau bangunan atau fasiltaspun yang dirusak oleh Aksi Bela Islam. Semua Aksi Bela Islam berjalan damai. Semua berjalan dalam kepatuhan bahwa Umat Islam itu rahmat bagi Indonesia, bukan sebagai gerakan anarki yang membuat kecemasan di ruang publik. Tudingan radikalisme cuma upaya untuk membuat gerakan moral ini menjadi tidak populer.
Para durjana berpikir mereka bisa bersiasat dengan cerdas, namun nyatanya Allah-lah sepandai-pandai pembuat siasat. Allah-lah yang membolak-balikkan hati Umat Islam Indonesia. Bukan Habib Rizieq Shihab. HRS bisa dipenjarakan, tapi Iman Umat Islam Indonesia tidak akan pernah bisa dipenjarakan.

Tidak ada komentar: