Senin, 11 April 2016

HARAMNYA KHAMR



Ketika ayat mengenai peng-haram-an minuman keras (khamr) diturunkan Allah, sontak Madinah saat itu banjir minuman keras yg dibuang di jalanan. Umat Islam bergegas memenuhi seruan Ilahi ini dengan membuang semua persediaan khamar yang ada.
Tidak ada alasan dan pembenaran sedikit pun. Tidak ada yg berkata, "Berjualan khamr ini satu-satunya mata pencaharian keluarga. Jika dilarang, keluarga saya makan apa?". Dan atau alasan lainnya. Semua dilakukan totalitas demi iman dan juga ketaatan.

Bagaimana dengan kita sekarang? Ah rasanya malu jika dibandingkan. Kita masih banyak pertimbangan tanda masih meragukan. Kita masih terjangkit akut penyakit Wahn (cinta dunia dan takut mati) yg melemahkan.
Kita memilih mana yg cocok sesuai keinginan. Seperti halnya prasmanan.
Sementara, kita bercita-cita syahid. Masuk surga tanpa hisab. Malu. Benar-benar malu. Sementara ibadah masih segitu-gitunya. Berjuang pun lebih banyak alasan dan absennya. Tabrakan dengan jam kerja lah, sayang istri dan anak-anak lah.
Diminta boikot pabrik rokok, keluarga masih ada yg kerja di sana. Kasihan. Nasionalisasi tambang, saudara kerja di sana. Kasihan anak dan istrinya. Boikot perusahaan telekomunikasi, kitanya belum siap beralih penghasilan yg lain. Memilih 'jihad dengan jalan lain saja' alasan kita. Seakan-akan kita sedang tidak yakin dengan Allah Yang Maha Menjamin Rezeki kita.
Saya jadi membayangkan jika kita hidup bersama Rasulullah atau sahabat atau tabi'in dan tiba-tiba ditabuh genderang perang, jangan-jangan ramai kita mundur ke belakang. Atau cukup saja dengan menjadi seksi dokumentasi di pojokan sambil sesekali mengambil gambar selfie.
"Kaifa akhafu minal faqr, wa ana 'abd al Ghaniy? Bagaimana aku bisa takut miskin, sedangkan aku adalah hamba Yang Maha Kaya?"
Astaghfirullahal 'azhim...

Tidak ada komentar: