Jumat, 30 Oktober 2015

MURJIAH.....................................


Membongkar Syubhat Murjiah:
Taat Kepada Pemimpin
Sering sekali kita mendengar golongan Murjiah dan ulama irja penguasa menyuruh kita untuk tetap patuh kepada pemimpin meskipun sudah terang benderang bahwa para pemimpin ini membuang sumber hukum Allah ke dalam tong sampah.
Dan berikut ini Dalil yang sering digunakan para murjiah untuk mengkaburkan makna taat kepada pemimpin,
Berkata Imam Abdullah ibnul Mubarok –Rahimahullah- :
وَهَلْ أَفْسَدَ الدِّيْنَ إِلاَّ الْمُلُوكُ * وَأَحْبَارُ سُوْءٍ وَرُهْبَانُهَا
Tiadalah yang merssak agama ini melainkan para raja,
ulama jahat dan para pendetanya.
Menilik perkataan beliau ini, mari kita membongkar syubhat yang mereka gunakan untuk menghalalkan aksi-aksi tuannya dalam merusak agama ini.
Diantara yang banyak disebarkan adalah hadits dalam “Shahih Muslim” yang mengatakan:
(وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك)
“Walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu”.
Mereka berdalil dengan hadits ini untuk menyuruh para muwahidin tetap patuh dibawah hukum thogut.
Jawapan:
1. Semua hadits yang menyuruh taat kepada pemimpin maksudnya adalah pada pemimpin muslim yang menerapkan “Syariat Allah sebagai sumber hukum”. dalilnya
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إن أُمِّر عليكم عبدٌ مجدَّع- يقودكم بكتاب الله تعالى فاسمعوا له وأطيعوا" رواه مسلم
“Walaupun yang memerintah kalian hamba sahaya yang cacat YANG MENGATUR KALIAN DENGAN KITAB ALLAH tetaplah taat dan patuh”. [HR. Muslim]
Dalam Musnad Ahmad dengan lafazh:
مَا أَقَامَ فِيكُمْ كِتَابَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Selama mereka memimpinmu dengan KITAB ALLAH Azza wa Jalla”.
Imam Nawawi berkata:
"فأمر صلى الله عليه وسلم بطاعة ولي الأمر ولو كان بهذه الخساسة ما دام يقودنا بكتاب الله تعالى، قال العلماء : معناه ما داموا متمسكين بالإسلام والدعاء إلى كتاب الله تعالى على أي حال كانوا في أنفسهم وأديانهم وأخلاقهم، ولا يشق عليهم العصا.
“Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menyuruh taat kepada ulil amri walaupun mereka seburuk ini keadaannya SELAMA MEMIMPIN KITA Dengan KITAB ALLAH, berkata para ULAMA:
Maknanya adalah selama mereka berpegang teguh dengan Islam, MENYERU kepada Kitab Allah, bagaimanapun keburukan mereka pada diri, agama, dan akhlak mereka, jangan memecah persatuan”.
(syarah Shohih Muslim).
So... Pemimpin muslim saja tidak cukup shinggalah dia menjadikan Al Qur’an sebagai sumber hukum dalam memimpin.
Karenanya menerapkan hadits-hadits ketaatan kepada pemimpin-pemimpin yang tidak berhukum dengan hukum Allah adalah merupakan TALBIS, apalagi diterapkan kepada pemimpin yang MEMERANGI Kitab Allah tanpa rasa malu.
Allahul musta’an.
2. Lafazh ini:
وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك
“ walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu” diletakkan oleh Imam Muslim dalam Mutaba’at bukan ushul dari riwayat ABU SALAM dari HUDZAIFAH.
Ternyata Abu Salam tidak pernah mendengar dari Hudzaifah, automatik sanad lafaz hadits ini terputus yang menjadikannya sebagai hadits “mursal”, dan hadits mursal merupakan bahagian dari hadits “DHO’IF”.
Berkata imam Nawawi dalam syarah Shohih Muslim:
"قال الدارقطني هذا عندي مرسل لأن أبا سلام لم يسمع حذيفة وهو كما قال الدارقطني"
“Imam Daruquthni berkata: (Lafazh hadits) ini bagiku adalah mursal, karena Abu Salam tidak mendengar dari Hudzaifah”, dan memang (benar keadaannya) seperti yang diucapkan Imam Daruquthni”.
3. Hadits ini bukan perintah untuk taat kepada kezholiman namun hanya perintah untuk bersabar atas kezoliman penguasa (bukan sengaja membiarkan diri dizalimi) terhadap kita dan tetap patuh jika perintah tersebut dalam kebaikan, sebagaimana hadits:
إنما الطاعة في المعروف
“Sesunguhnya ketaatan itu hanya pada kebaikan”. (Muttafaqun ‘alaihi).
Dalam Shahih Bukhori, mengenai isi surat Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu dalam zakat:
ومن سئل فوقها فلا يعط
“Jika (kalian) diminta mengeluarkan lebih (oleh petugas zakat) maka janganlah engkau berikan”.
Namun tetap bersabar walaupun ada kezaliman pada penguasa tersebut sampai terlihat padanya kekufuran yang nyata:
إلا أن تروا كفرا بواحاً، عندكم من الله فيه برهان.[متفق عليه].
“Sampai kalian melihat KEKUFURAN YANG NYATA, dan kalian memiliki bukti dari Allah”. [Muttafaqun ‘alaihi]

Tidak ada komentar: