Selasa, 23 November 2010

NASIBMU TKW INDONESIA






Akibat Kemelaratan di Indonesia! Banyak TKW-TKW Kita Disiksa Nun Jauh Disana

Melarat...ya melarat, kita punya apa, sudah banyak BUMN kita dijual asing, kita punya keuntungan apa.....Utang...ya....untung dari utang.

Petronas adalah BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA) yang dimiliki penuh oleh pemerintah Malaysia. Bukan diobral/dijual ke segelintir pemilik modal/asing.

Kalau pun ada yang di go-public-kan, itu cuma anak perusahaannya bukan Petronasnya. Petronas is WHOLLY OWNED BY THE MALAYSIAN GOVERNMENT. Ini beda dgn Indonesia di mana seluruh BUMN beserta induk2nya juga dijual ke segelintir pemilik modal/asing.

Begitu pula ARAMCO pada tahun 1980 sudah dikuasai 100% oleh pemerintah Saudi: 1980

Seuntung-untungnya perusahaan swasta,maka keuntungannya itu cuma dinikmati segelintir pemegang sahamnya. Sedangkan pada BUMN, kekayaan itu masuk ke kas negara dan dinikmati oleh seluruh rakyat.
Kemudian jika BUMN itu mengelola kekayaan alam seperti migas, emas, perak, tembaga, dsb, maka 90% lebih hasilnya dinikmati oleh rakyat. Sedangkan jika swasta atau asing, makasebagian besar dinikmati oleh segelintir pengusaha swasta/asing. Sebagai contoh di Papua, Freeport menikmati 99% dari royalti emas dan perak. Sementara 240 juta rakyat Indonesia harus puas dapat 1% saja. Rugi bukan? Begitu pula dengan pengelolaan migas oleh swasta asing seperti Chevron, Exxon-Mobil, Conoco, dsb.

Sebaliknya Arab Saudi, Norwegia, Qatar, Kuwait, Malaysia, dsb memakai BUMN-BUMN untuk mengelola kekayaan alamnya khususnya Migas. Akibatnya bukan cuma BUMN tsb yang untung, namun rakyat negeri itu juga makmur karena seluruh rakyat bisa menikmati hasil penjualan migas.

Coba kita pikir, bagaimana mungkin Malaysia yang luas wilayahnya lebih kecil daripada Indonesia mampu menyediakan 2 juta lapangan kerja bagi warga Indonesia? Begitu pula negara2 lain seperti Arab, Hong Kong, Taiwan, Korsel, dsb.

Itu karena mereka makmur. Mereka makmur karena mereka mandiri. Tidak jadi sapi perah AS.

Nah negri kita, para pejabat, politikus, dan ekonom Neolib berlomba2 jadi makelar menjual BUMN2 Indonesia berikut kekayaan alam yang mereka kelola sehingga justru asing yang menikmati kekayaan alam Indonesia. Mayoritas rakyat kita tidak.

Bayangkan di Tempo katanya KS menjual baja 2,5 juta ton/tahun (masih 1/7 dari kebutuhan baja/kapita di Malaysia) dan cadangan baja di Sumatera dan Kalimantan sebanyak 2 milyar ton. Artinya dgn harga baja Rp 7500/kg, penjualan KS Rp 18 trilyun lebih/tahun (dalam 100 tahun Rp 1800 trilyun) dan cadangan Rp 15 RIBU TRILYUN. Lah kok diPRIVATISASI/DIJUAL dgn harga (jika 100%) hanya Rp 15 trilyun saja?

Itu ibarat menjual Angsa Petelur Emas. Cuma dapat uang sekali, habis itu tidak lagi. Harusnya kita berusaha agar angsa itu bertelur lebih banyak emas lagi sehingga kontinue.

Jadi yang lebih biadab itu adalah mereka yang memiskinkan rakyat Indonesia dengan menjual BUMN2 Indonesia beserta kekayaan alam yang dikelola ke asing sehingga rakyat kita terpaksa jadi KULI/PEMBANTU di negara2 lain.

Tidak ada komentar: