Minggu, 14 Februari 2010

Khawatir Acara TV Kita


Melihat keseharian anak-anak dirumah saat libur, sungguh memprihatinkan jika tidak ada acara keluar rumah, tayangan tv yang lebih besar porsinya hanya untuk music, lagu anak muda membuat anak betah di rumah, sekaligus waktunya hanya terisi oleh terngiangnya hentakan music dan lagu.
Perkembangan syair lagu-lagu sekarang pun sungguh kurang enak di telinga. Ada perasaan seolah kita ini diangggap sebagai orang yang bodoh akan music, bodoh akan dunia hiburan, bodoh akan dunia seni.

Terus terang intelektualitas saya tersinggung disuguhi acara-acara tv yang TIDAK BERKUALITAS tapi kok bisa tayang.

Ada cuplikan di sebuah fodum diskusi :

.... seharusnya yg disalahin kreator & produsernya.... rakyat mah dikasih tontonan apa aja di TV ya ditonton. namanya gratisan
coba seandainya semua orang hiburan kompak bikin produk yg bermutu, yg akan laris ya produk bermutu itu. logikanya, karena ditonton tiap hari maka akan membentuk kepribadian kita bukan? itulah kenapa orang2 jaman dulu lebih pekerja keras dibanding generasi muda skrg, karena mereka jaman dulu disuguhi tontonan yg positif...


mereka (kreator & produser masa kini) kebanyakan gak mikirin dampak tayangan yg mereka buat.
kalo mereka berkedok "selera pasar", itu karena mereka malas membuat cerita yg orisinal. jadi cuma copas sono-sini, tempel ini-itu dgn budget kecil demi keuntungan gede. dan sayangnya, PH2 besar & produser yg dominan disini harus diakui dari warga keturunan.

gw lg gak ngomongin SARA, faktanya berkata demikian.

beda dgn di masa perfilman & pertelevisian kita saat dikuasai pribumi, tontonannya bermutu & inspiring. gw kangen dgn masa2 industri hiburan 70, 80 dan 90-an.

Kebetulan saya senasib dengan pendapat tersebut.

Tidak ada komentar: