Senin, 15 September 2008

Inna Lillahi wa inna Ilaihi Roji’un



Telah dipanggil Allah subhanahu wata’ala, Ustad Aziz Salim Basyarahil pada Jum'at. Semoga Allah subhanahu wata’ala merima semua amal-amal beliau semua perjuangan beliau dan ampuni Yaa Allah atas kesalahan-kesalahanya. Kepada yg ditinggalkan (Bp Umar) semoga tabah menerima.

Secara pribadi, sebatas yang saya kenal beliau orangnya teguh pendirian, keras dan berani. 3 orang ustad yang saya kagumi di Pekalongan, pertama almarhum Ustad Ghofar Ismail, kedua almarhum ustad Yahya - Pesindon dan ketiga kini almarhum juga ustad Aziz. Di awal-awal saya mengenal Islam dengan benar, beliau-beliau lah yang memberi bimbingan. Islam yang mudah dipahami dan mudah diamalkan. Banyak anak-anak muda mencintai Ustad Aziz, karna beliau tidak hanya bicara dengan ucapan, tapi juga perbuatan. Beberapa tokoh-tokoh aktifis muslim yang waktu di Pekalongan menjadi incaran pemerintah, beliau Ustad Aziz berani melindungi bahkan mengamankan.

Aku jadi teringat saat-saat akrabnya dengan beliau, ketika mulai mendirikan Yayasan Ashhabul Kahfi. Yayasan ini dulu dimotori yang utama oleh almarhum akhina Ghulam Fatahilah. Dan Fatah inilah yang pertama-tama mendekatkan kami yang masih muda dan terlalu muda dengan Ustad Aziz. Semangat kami yang masih menggelora benar-benar didukung oleh beliau. Saat itu di Pekalongan ada agama baru bernama Syi’ah, ia bukan Islam tapi sangat meresahkan, sampai mendirikan pondok segala. Ketika LPI di Istiqlal pertama kali memberikan fatwa sesat kepada Syi’ah, dari Pekalongan hanya tiga orang yang mewakili, saya dari Ashabul Kahfi, Ustad Aziz dan Habib Bagir. Waktu itu MUI belum berani memberikan fatwa. Pusat keramaian permusuhan Sunni dan Syi’ah ya di Pekalongan, sebab pimpinan tertinggi Indonesia adalah mantan aktifis PII Pekalongan, panggilannya Amak (Ahmad Baraghbah), justru orang tuanya adalah orang yang sangat benci dengan Syi’ah waktu itu, yaitu Ustad Baraghbah, dimana Ustad ini waktu itu Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Pekalongan. Pendekatan si Ahmad Baraghbah ini bagus sekali dengan pemerintah waktu itu. Sampai-sampai HANYA 2 USTAD (Ustad Yahya dan Ustad Aziz) waktu itu yang berani menghadapi tokoh Syi’ah waktu itu. Dan terbukti kyai-kyai, ulama dan ustad lain se-Pekalongan tidak ada yang berani. Ketika itu kami dari Yayasan Askah meminta dukungan tanda tangan untuk membubarkan Syi’ah di Pekalongan, hanya dua ustad tadi yang memberi dukungan.
Ustad Aziz waktu itu yang paling berani berdialog langsung dengan syi’ah-syiah di Pekalongan, atas dukungan beliaulah, tercipta pengajian-pengajian Akbar yang dimulai dari memanggil Ustad Nabhan Husain dari DDII Pusat. Dan seterusnya Yayasan Askah yang memelopori. Banyak tulisan-tulisan beliau yang kami kutip dan kami sebarkan untuk membendung aliran sesat Syi’ah waktu itu.
Dari perjuangan memerangi Syi’ah ini, kemudian banyak program lain untuk memerangi aliran sesat di Pekalongan, diantaranya waktu itu ada Isa Bugis. Aliran ini tokohnya menyusup di tubuh para asatid di Muhammadiyah Pekalongan. Dan lagi-lagi Ustad Aziz berani tampil menghadapi, berani dialog dan berani maju ke aparat. Kemudian di rumah beliau atas inisiatif anak-anak muda Ashabul Kahfi terciptalah pengajian rutin, dan Alhamdulillah banyak yang hadir dan ini berlangsung sampai beberapa tahun. Karna pengajian ini berlangsung di rumah beliau, justru beliaulah yang menyediakan segala konsumsi, malah setiap Ramadhan seperti ini semua murid yang ngaji disana mendapatkan jatah sarung.
Dan ketika ada personil Yayasan Askah yang hendak mendirikan usaha bisnis dengan percayanya beliau memberi dukungan pinjaman permodalan tanpa bunga. Padahal nilainya puluhan juta.

Beberapa memang ada yang kontra dengan beliau ustad Aziz, ada yayasan, lembaga bahkan antar ustad, tapi itu wajar. Barangkali berbeda galian ilmunya sehingga ada pendapat-pendapat yang berseberangan. Bagi kami anak-anak muda waktu itu, itu bukan masalah, asal tidak menyalahi aqidah, atau membuat aqidah baru. Bagi saya kebaikannya masih terlalu banyak dibanding kelemahannya.

Selamat jalan ustad, semoga di Pekalongan nanti (walau sekarang belum terlihat) muncul pengganti-pengganti mu yang Insya Allah siap tempur menghadapi kesesatan dan kemaksiatan disana yang tidak habis-habisnya. Amin.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ketidak tahuan + ketidak mengertian membuat kita menjadi gelap mata tidak dapat membedakan yg hak dan batil.
sadarlah, berpikirlah dg jernih, gali informasi dg benar, jangan hanya memandang sebelah mata.
syiah yg anda tahu benarkah anda dapatkan informasinya dg benar ?

Internet Of Things mengatakan...

Sya yakin anda bukan orang pekalongan, wong-wong pekalongan lebih tahu sepak terjang dan tipuan orang-orang syiah, karna pimpinan tertinggi syiah indonesia ada disana.

Haebaragi mengatakan...

emang syiah agama baru???